Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #27

Dua Puluh Tujuh

"Aku mau jumatan ke Masjid Al-Zahir Baybars. Katanya masjidnya abis direnovasi. Penasaran sekalian mau bikin vlog. Mau ikut?” tanya Kenzie saat kami turun dari apartemen Sara.

Aku melihat pada maps, ternyata masjidnya tidak jauh. Makanya aku dan Ruqa setuju untuk ikut. Sekitar sepuluh menit lebih dari apartemennya Sara. Saat mobil tiba, azan pertama sudah berkumandang. Setelah menemukan tempat parkir di salah satu sisi masjid, Kenzie segera membuka pintu.

Sudah lama aku mendengar masjid ini direnovasi. Katanya ini masjid terluas se-Kairo. Ternyata benar, halaman tengah—yang menjadi ciri khas masjid-masjid di Kairo—masjid ini sangat luas sekali. Secara arsitektur, area tempat salatnya mirip dengan Masjid Amru bin As. Tiang-tiang masjid disatukan dengan kayu dan lengkungan seperti kubah. Di antara tiang-tiang terdapat kipas angin dan lampu gantung. Hanya saja halaman tengahnya—disebut dengan istilah shahn—mirip dengan Masjid Al-Hakim bin Amrillah. Lengkungan-lengkungan seperti kubah yang menaungi pintu-pintu terbuka itu di atasnya terdapat tonjolan bergerigi.

Aku kurang tahu apakah sebelum direnovasi bentuknya seperti ini atau tidak. Tadi aku sempat mencari di internet saat di mobil tadi, masjid ini dibangun pada masa Dinasti Mamluk, bukan Dinasti Fatimiah seperti Masjid Al-Hakim bin Amrillah. Ah, andai saja ada Fatih, dia pasti tahu soal ini.

Berbicara soal Fatih, aku jadi tertarik ingin membuka akun Instagram miliknya. Dulu dia jarang aktif, tapi semenjak menjadi Presiden PPMI, dia lumayan banyak mengunggah kegiatan PPMI. Namun saat aku ingin membuka ponsel, Ruqa menyenggolku dan telunjuknya menunjuk ke depan sebagai isyarat aku harus mendengarkan khutbah Jumat.

***

Usai jama'ah salat Jumat bubar, Kenzie meneleponku dan menyuruh kami untuk keluar menuju halaman tengah masjid. Namun aku melihatnya sedang mengobrol dengan ... lho kenapa ada Rifqi? Itu perempuan memakai jilbab ungu dengan gamis bunga-bunga mirip dengan Aila sedang menuntun anak kecil yang berjalan.

Benar, itu Aila. Saat melihatku dia langsung heboh melambaikan tangan. Aku segera menggendong Nisywah yang lucu sekali dengan topi rajut yang di atasnya terdapat telinga kucing.

"Kamu ngapain di sini, Ai?" tanyaku.

"Jalan-jalan aja, Kak. Minjem mobilnya Kak Aira. Kak Mel lagi syuting?"

"Iya, tadi habis syuting di apartemennya teman."

Kenzie dan Rifqi menghampiri kami.

"Ikut kita dulu ya. Kita mau syuting sekaligus promo film dokumenter kita," ujar Kenzie.

“Lho, mau dipromoin sekarang?” tanyaku.

“Iya dong.”

"Ah, malu. Udah lama nggak masuk kamera." Rifqi tertawa.

"Alah, sok malu. Padahal dulu dia semangat banget gantiin Fatih jadi host di Jejak Papyruz," cibir Aila.

"Dalam rangka apa kalian jalan-jalan ke sini?" tanyaku.

Lihat selengkapnya