Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #34

Tiga Puluh Empat

Acara gala premiere film dokumenter diselenggarakan jam setengah sembilan pagi. Sengaja kami memilih pagi supaya tidak terputus azan salat. Setiap film berdurasi satu jam.

Aku sudah menyusun susunan acara menjadi seperti ini:

1.     Sambutan KBRI (Omnya Kenzie).

2.     Sesi pertama: Pemutaran film Jejak Semesta Kairo.

3.     Tanya-jawab.

4.     Sesi kedua: Pemutaran film Voice of The Oppressed.

5.     Tanya-jawab.

6.     Penutup.


Semua harus tuntas saat azan zuhur berkumandang. Bagi yang ingin mengikuti satu sesi saja diperbolehkan.

Aku sudah datang sejak jam tujuh pagi. Ya, hanya aku karena Kenzie masih dalam perjalanan. Aku memakluminya karena dia harus menempuh jalan jauh. Dia berangkat tidak bersama omnya. Biasalah, pejabat datangnya belakangan.

Fatih katanya masih di jalan, tapi di telepon suaranya serak. Entah sakit atau baru bangun. Semenjak sudah tidak menjabat PPMI, dia sudah jarang berkeliaran di Nasr City. Kata Rifqi, Fatih kembali kerja sambilan di restoran Malaysia.

Aila dan Rifqi masih sibuk menyiapkan konsumsi. Padahal aku sudah bilang konsumsi lebih baik dipesan saja. Hanya saja Aila bersikeras ingin membuatkan setidaknya cheesecake buatannya-yang katanya sangat enak setelah percobaan kedua-untuk snack. Hingga Aila menodong Fatih untuk menyumbang keju yang setiap hari didapatkan di asrama Bu'uts.

"Ai, emangnya cheesecake-nya udah jadi semua?" tanyaku sembari memasang taplak meja untuk registrasi dekat pintu masuk aula. Aku menekan tombol loadspeaker.

"Udah dong, Kak. Semalam udah jadi dan aku taruh di kulkas. Aku kan dibantu Kak Aira. Nih, aku baru selesai mandi. Mau siap-siap ke sana."

"Ya ampun aku terharu. Emangnya nggak repot masak sambil ngemong Nisywah?"

"Nisywah diasuh sama Rifqi kemaren. Diajak ke taman sampe capek. Makanya pulang-pulang Nisywah langsung tidur, nggak nyariin aku. Kak Mel udah di wisma?"

"Udah, tadi aku minta kunci aula ke pengurus wisma."

"Sendirian?"

"Iya. Kenzie di jalan. Fatih kayaknya baru bangun."

"Dia semalem abis ada borongan catering. Makanya abis subuh tidur lagi. Kalau nggak lembur, Fatih mana pernah tidur lagi kalau pagi. Itu kata Rifqi sih. Ya udah ya, aku mau siap-siap, Kak."

Usai aku menutup panggilan, Kenzie datang. "Sori ya. Kamu jadi repot sendirian."

"Santai. Banner-nya udah jadi?"

Lihat selengkapnya