Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #35

Tiga Puluh Lima

Aku tidak menyangka jumlah penonton untuk Jejak Semesta Kairo sampai lima juta. Dan ... Voice of The Oppressed mencapai sepuluh juta! Dalam jangka tiga hari pasca gala premiere! Berkat kami menyediakan terjemah ke dalam Bahasa Inggris, kami meraih penonton dari mancanegara. Beruntung kami mendapatkan bantuan dari Ruqa untuk membenarkan terjemahan Bahasa Inggris. Untuk terjemahan Bahasa Inggris dari Bahasa Arab, Ruqa yang menawarkan diri untuk mengerjakannya. Sedangkan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, Kenzie yang mengerjakannya. Lagi pula Kenzie juga ahli, terlebih Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar di jurusannya.

Akhirnya aku berhasil melengkapi berkas-berkas untuk beasiswa lewat website milik Al-Barakaan Foundation. Aku dan Ruqa juga sibuk melakukan pendaftaran S2 di Cairo University dan Rana akan melanjutkan S2 di Universitas AL-Azhar. Rana dan Ruqa bersedia mengikuti wisuda yang akan diselenggarakan oleh PPMI. Belum lagi aku dan Rana sibuk membantu Ruqa mempersiapkan resepsi pernikahan di Al-Azhar Park. Pokoknya kami sibuk sekali!

Tepat di minggu kedua bulan November, aku melakukan tes wawancara beasiswa di KBRI, Garden City. Aku tidak melihat Bang Irfan pada deretan peserta yang sedang menunggu masuk panggilan. Aku mendengar dari Kenzie, katanya Farah meninggalkan Bang Irfan akibat kasus blog Dark Cairo dan menerima pinangan pria lain. Ternyata sudah tersebar di kalangan masisir bahwa Bang Irfan turut andil di belakang kasus tersebut setelah permintaan maaf Jordan muncul. Sebenarnya aku merasa sedikit sedih mendengar nasib Bang Irfan yang ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya. Apakah aku bernasib sama dengannya? Ah, jangan dipikirkan dulu! Aku harus fokus dengan tes ini!

***

Al-Azhar Conference Center telah dipenuhi oleh mahasiswa Indonesia. Semuanya boleh menghadiri wisuda, tapi konsumsi hanya disediakan bagi yang didaftari oleh wisudawan/wisudawati. Rasanya aku lelah sekali karena baru kemarin aku menyelesaikan tahap ujian wawancara untuk beasiswa. Namun aku harus tetap semangat dalam acara wisuda ini.

Oh iya aku hampir lupa dengan Kenzie. Dia belum wisuda. Katanya acaranya masih sekitar dua-tiga bulan lagi. Dia berencana pulang ke Indonesia dan kembali lagi ke Kairo untuk wisuda. Katanya dia sudah mendaftar untuk S2.

Kenzie: Jangan khawatir. Aku pasti datang dong. Tunggu nanti ya.

Melati: Nanti jangan langsung pulang ya. Aku mau ngajakin makan-makan sama yang lainnya.

Jantungku berdegub kencang kala para wisudawan/wisudawati dipanggil untuk masuk ke dalam aula. Bahkan aku tidak terlalu memedulikan pashmina putih yang kukenakan miring atau tidak. Abaya hitamku kusut atau tidak. Atau selempang bertuliskan خريجة جامعة الازهر الشريف terlipat atau tidak. Aku terlalu bahagia karena ini adalah momen yang kunantikan.

Saat aku menoleh ke belakang, tepatnya di barisan mahasiswa, aku tidak sengaja melihat Fatih. Dia sangat gagah memakai jalabiyah hitam dengan peci khas Al-Azhar, yaitu berwarna putih dengan warna merah di atasnya. Dia juga melihat ke arahku dan tersenyum.

Semua momen wisuda ini sangat kunikmati. Dari kami masuk ke dalam ruangan Al-Azhar Conference Center yang megah bernuansa merah. Lalu saat namaku dipanggil dan fotoku terpampang di proyektor samping panggung, rasanya tanganku bergetar dan aku ingin menangis terharu.

Hingga teman-temanku datang menghambur untuk memberikan selamat. "Ini buat Tante Melati yang cantik." Aila memberikan buket boneka beruang dengan bunga lewat tangan mungil Nisywah. Sontak aku mencium pipi gembulnya.

Aku juga berkesempatan bertemu dengan orangtua Ruqa yang datang. Rana juga. Lalu kami berfoto bersama. Namun ada yang kurang, aku tidak melihat Fatih. Padahal aku sudah menunggunya.

Lihat selengkapnya