Tiba-tiba Ruqa dan Rana datang ke apartemenku. Jujur, aku sangat malu. Apalagi kedua mataku bengkak akibat kemarin membaca surat dari Fatih. Surat yang sebenarnya tidak niat untuk diberikan kepadaku. Miris ya?
"Ada apa kalian ke sini? Kenapa tidak menghubungiku?" protesku. Aku melepas mukena. Selepas salat duha tadi aku membaca Al-Quran. Aku benar-benar tidak ingin memberi celah sedikit pun untuk membuka sosial media untuk memeriksa akun milik Fatih. Meskipun dia juga jarang mengunggah story maupun feed.
"Oh, jadi ini adab seorang muslim menerima tamu." Ruqa menaruh kantong plastik bertuliskan El-Abd di atas nakas.
Kedua mataku langsung berbinar.
"Benar kataku, dia langsung sembuh setelah diberikan croissant," ujar Ruqa.
"Sedari pagi dia sudah mengajakku ke El-Abd di Attaba. Aku heran, kenapa tidak membelinya di toko roti yang dekat," ujar Rana sembari duduk di atas kasur.
"Croissant punya El-Abd berbeda dari yang lain." Aku mengambil plastik berisi croissant El-Abd. Ruqa menegurku untuk melipat sajadah terlebih dahulu sebelum makan.
"Sepertinya kamu sudah sembuh dari patah hati. Tadinya kami mau mengajakmu jalan-jalan." Ruqa melirikku yang sedang lahap menikmati pemberiannya. Sedangkan Rana sibuk melihat-lihat deretan koleksi buku-bukuku di rak dekat jendela kamar.
"Tahu dari mana aku patah hati?"
"Sejak semalam Aila meneleponku. Ternyata dia juga menelepon Ruqa. Dia menceritakan perihal temanmu yang pulang ke Indonesia, meninggalkan surat, bla bla. Aila tidak bisa ke sini hari ini karena anaknya sakit. Jadi dia memohon kepada kami sambil menangis tadi malam," terang Rana. Dia menarik salah satu buku dengan sampul berwarna putih. "Kamu dapat dari mana? Aku mencari buku Ijtihad ini di Dar As-Salam dekat sini sudah habis."
"Aku membelinya di Dar As-Salam dekat kuliyyah banin, Darasah. Eh, tunggu! Aila menceritakan semuanya kepada kalian? Oh, ini memalukan."
"Kenapa harus malu?" Ruqa mengerutkan kening.
"Aku merasa lemah karena menangis. Apalagi penyebabnya karena pria yang kusukai tidak melamarku. Padahal saudara-saudara kita di Palestina punya cobaan lebih besar. Aku takut Allah cemburu karena aku sudah terlalu menangisi makhluk-Nya."
"Itu tidak lemah, Melati. Kita ini manusia. Kita bisa tetap peduli terhadap saudara-saudara kita di Palestina, dan bersedih juga terhadap apa yang kita alami. Perasaan cinta itu murni dikirimkan dari Allah. Tapi kalau kamu ada keinginan untuk bangkit karena takut Allah cemburu terhadap kita yang terlalu menangisi makhluk-Nya, aku pikir itu sudah bagus. Ada waktunya sedih, ada juga waktunya bangkit. Pengantin baru, kamu lebih paham soal cinta. Nasihatilah teman kita satu ini.” Rana melirik Ruqa.
Ruqa yang duduk di sampingku langsung memelotot. “Aku juga masih banyak belajar. Lebih baik kita jalan-jalan!"
"Mau makan di City Star Mal?" ajakku.
"Rencananya kami ingin piknik di Al-Azhar park. Di Mal banyak restoran yang di-boycott. Lebih baik kita belanja makanan sekarang supaya kita bisa piknik sambil melihat matahari terbenam," usul Ruqa.
***
Kenzie: Mel, besok sibuk nggak? Kita ikut astro trip ke Wadi Degla yuk. Sekalian aku mau bikin vlog. Katanya kamu traktir aku sebagai ucapan terima kasih udah jadi partner terbaik. Ayolah, ikut, lusa aku mau pulang ke Jakarta.
Ini pesan dari Kenzie semalam. Aku menyetujui ajakan Kenzie. Berkat piknik bersama Ruqa dan Rana di Al-Azhar park kemarin, aku sudah tidak sedih lagi.
Sengaja aku memakai blus dengan bahan yang ringan supaya nyaman dipakai di musim panas seperti ini. Sebelum pergi, wajib untuk memeriksa cuaca lewat ponsel kalau tidak ingin salah kostum. Berhubung Ruqa sudah memiliki janji dengan suaminya, dia tidak ikut.
Aku menaiki bus jurusan Ramsis dan naik metro menuju Ma'adi. Kenzie menawari untuk menjemputku, tapi aku menolaknya. Sara mengajakku untuk menaiki tramco dari Stasiun Metro Ma'adi, jadi aku lebih memilih ajakan Sara.
Kami tiba di depan padang pasir yang kontras dengan deretan gedung apartemen yang kami lewati tadi. Ada tulisan محمية وادي دجلة pada dinding sebelum masuk ke dalam.
"Dateng juga akhirnya. Kenapa nggak mau dijemput aja?" Kenzie datang menghampiriku.