JEJAK SEMU : Sang Pembuat Jejak

putranaya
Chapter #2

Jejak Awal : Daniel dan Pedang Tiga Mata

Sore itu di perguruan beladiri Kapak Naga, anak-anak yang tengah berlatih di kejutkan oleh terikan seorang pemuda berjambul yang selalu membuat ke gaduhan. Ia berlari kearah seseorang yang sedag berlatih sendirian. “Ray!!!, Ayo duel denganku”. Dengan santainya menanggapi, Ray menghelah nafasnya “huuh. Baiklah akan aku layani permintaanmu, Daniel.

Seketika seluruh murid mengerumuni area tempat Daniel dan Ray berdiri. Mereka saling memasang kuda-kuda dengan sigap, Daniel tersenyum senang “ Akhirnya hari ini akan jadi kemenang” belum selesai Daniel berucap, sekelebat cahaya berwarna kuning melintas dan saat itu Ray sudah berada di belakang Daniel, lalu mengarahkan pukulnya tepat di kepala bagian belakang hingga membuat Daniel pingsan.

Melihat itu, murid yang lain menatap bingung dengan apa yang terjadi pada Daniel dalam waktu sepersekian detik sehingga ia terkapar. Sebelum pergi Ray menyuruh murid yang ada di dekatnya untuk membawa Daniel ke ruang kesehatan “Tolong bawa dia ke ruang kesehatan, dia pingsan”, murid yang baru tersadar dari keterkejutannya langsung membopong Daniel menuju Ruang kesehatan.

Keesokan harinya Daniel berlatih lebih awal dari biasanya, kuda-kuda yang Nampak tidak biasa, gerakan tangan dan kaki yang seolah menyerupai seekor elang yang akan terbang. Daniel menggerakan tangan dan kakinya dengan cepat, sesekali ia menghentakan kakinya lalu melompat dan mngarahkan sikutnya kearah tanah seolah ia tengah berhadapan dengan seseorang. Matanya melirik tajam mencari keberadaan rivalnya.

Dari arah koridor tempat latihan Ray berjalan keluar, seperti alarem yang mendeteksi adanya musuh Daniel berteriak “Raaayyy!!!”sambil berlari menghampiri Ray, teriakannya lalu terjeda oleh nafasnya yang memburu tepat di depan Ray “hah…Ray hahyo khita bherdhuel”. Ray langsung berlalu namun Daniel tetap mengejarnya “hayoh kihta berduhel Rhaay”, berjalan melewati Daniel “kau lupa, kalau kemarin kau sadar di ruang kesehatan”, Daniel heran dengan yang diucapkan Ray. Ia mengikuti langkah ray “ bukannya aku tertidur disana dan bermimpi sedang melawanmu lalu aku terbangun”, mendengar itu Ray agak kesal dengan Daniel “lanjutkan mimpimu kita bertarung lewat mimpi” seketika Ray melangkahkan kakinya lebih cepat untuk menghindari Daniel. Daniel yang masih terheran dengan ucapan Ray berjalan memikirkan ucapan ray “jadi yang kemarin itu bukan mimpi” bergumamnya dalam hati.

Di halaman perguruan bela diri, Novan menghampiri Daniel yang ia lihat berjalan seperti orang linglung “kau kenapa bul?” sambil menepuk pundak Daniel. Daniel yang dari tadi memikirkan ucapan Ray terkejut saat melihat ke arah seseorang yang menepuknya “ eh tuyul, tuyul”. Geram dengan ucapan Daniel, Novan lalu membentaknya “ mentang-mentang aku gundul kau panggil tuyul, dasar junior kurang ajar!”, Daniel dengan wajah bersalah “lah habisnya kau selalu datang tanpa hawa keberadaan”. Novan memukul kepal Daniel “kau yang dari tadi melamun sperti orang linglung saja yang tidak menyadari keberadaanku” mereka bergurau seperti yang biasa mereka lakukan. “ ayo berlatih denganku” Novan mengajak Daniel, melihat keadaan sekitar “waktu sudah hampir gelap, kau ingin berlatih dimana senior?”, mendorong Daniel “sudah ayo ikut”.

“sebentar lagi aku akan menghadapi ujian untuk menjadi pewaris perguruan, kau tahu kan jika sebagai anak tunggal pemilik perguruan Kapak Naga aku tak lulus dalam ujian. Maka mau tak mau keluargaku akan memberikan hak waris perguruan kepada murid yang bisa melalui ujian akhir ini.” Novan bercerita sambil berjalan menuju tempat biasa ia berlatih, dibelakang perguruan tepat di taman bambu yang jarang ada orang melintas. Daniel memperhatikan novan bercerita dan sampai lah mereka ditempat latihan Novan.

“tidak salah aku menyebutmu tuyul, senior. Kau suka tempat seperti ini” sambil menertawakan Novan. Dengan wajah geram Novan bersiap dengan kuda-kudanya “jika kau terlambat kau akan pingsan sperti tempo hari”, mendengar itu Daniel bersiap dengan kuda-kudanya “jadi kau yang membuatku tersadar di ruang kesehatan”. Shuut… shuut… pukulan bertubi dari Novan mengarah pada Daniel “kau mengigau ya? Dengan Ray saja kau pingsan apa lagi melawanku”. Sekali lagi Daniel terkena pukulan melalui kata-kata Novan, sambil terus menghindari serangan Novan “Sial, jadi aku memang kalah dari dia” tap, menangkap tangan Novan “meski kau Senior kami, kau tidak ada apa-apanya daripada Ray” melepaskan genggaman tangan Daniel dengan menyikut wajahnya namun sikutan Novan berhasil dihindari oleh Daniel “Dasar jambul khatulistiwa”.

Lihat selengkapnya