JEJAK UJUNG DUNIA

devana
Chapter #5

JEJAK KE LOKASI TERAKHIR

Arga dan Elara berdiri diam selama beberapa detik, menatap sisa-sisa makhluk es yang hancur di depan mereka. Angin dingin menderu, membawa keheningan yang menusuk. Elara akhirnya memecahkan keheningan.


“Kita harus segera bergerak,” katanya dengan nada tegas.


Arga mengangguk, meskipun pikirannya masih terjebak pada apa yang baru saja terjadi. Bola kristal di tangannya kini memancarkan sinar yang lebih intens, seolah-olah bersemangat untuk menunjukkan jalan. Mereka melanjutkan perjalanan, mengikuti cahaya yang terpancar ke utara, namun ketegangan tidak hilang begitu saja.


Elara sesekali menoleh ke belakang, memastikan tidak ada makhluk lain yang mengikuti mereka. Jejak kaki besar masih terlihat, namun kini tampak lebih acak, seolah-olah banyak makhluk seperti tadi berkeliaran di area ini.


“Arga,” panggil Elara pelan, “kau tahu apa makhluk itu sebenarnya?”


Arga menggeleng, matanya tetap tertuju ke arah cahaya. “Aku tidak tahu. Tapi aku rasa mereka ada hubungannya dengan energi ini... atau mungkin dengan kehancuran Arkanis.”


Elara menggigit bibirnya. “Kalau begitu, mereka pasti tahu kita membawa sesuatu yang penting. Mereka tidak akan berhenti begitu saja.”


Arga tahu Elara benar, tetapi tidak ada pilihan lain. Cahaya dari bola kristal menuntun mereka melewati medan yang semakin sulit—tebing-tebing es yang curam dan dataran penuh retakan yang berbahaya. Beberapa kali mereka harus berhenti untuk memastikan mereka tidak jatuh ke jurang yang tersembunyi di bawah salju.


Saat malam mulai mendekat, bola kristal tiba-tiba berubah warna menjadi hijau, dan cahayanya berpendar dengan lembut.


“Kenapa berubah?” tanya Elara, suaranya penuh kewaspadaan.


Penjaga menjawab di dalam pikiran mereka. “Kalian sudah dekat. Energi di sekitar lokasi ini mulai berinteraksi dengan perangkat itu. Bersiaplah.”


Mereka tiba di sebuah gua besar yang tersembunyi di balik dinding es. Cahaya hijau dari bola kristal kini memancar lebih terang, menerangi pintu masuk gua yang berhiaskan simbol-simbol kuno seperti yang mereka lihat sebelumnya.


“Ini pasti tempatnya,” ujar Arga.


Namun, sebelum mereka bisa melangkah masuk, suara gemuruh terdengar dari belakang. Ketika mereka berbalik, dua makhluk es seperti sebelumnya muncul, lebih besar dan lebih mengintimidasi.


Elara mengangkat senjata kecil yang selalu ia bawa, meskipun ia tahu itu mungkin tidak akan berguna. “Apa rencanamu kali ini, Arga?”


Arga menggenggam bola kristal erat-erat. “Aku akan mencoba menggunakan ini lagi. Jaga punggungku.”


Makhluk-makhluk itu mulai mendekat, gerakan mereka lebih cepat dan lebih agresif. Arga memusatkan perhatiannya pada bola kristal, mencoba memanggil energi yang sama seperti sebelumnya. Namun, perangkat itu tidak merespons.


“Elara, aku butuh waktu!” serunya.


“Waktu tidak ada!” balas Elara, melepaskan beberapa tembakan yang hanya memantul dari tubuh makhluk itu.


Salah satu makhluk melompat ke arah mereka. Arga, tanpa berpikir, mengangkat bola kristal tepat ke arah makhluk itu. Cahaya hijau memancar deras, menciptakan penghalang energi yang mendorong makhluk itu mundur.


“Terus lakukan itu!” teriak Elara.


Namun, Arga merasakan kekuatan perangkat itu melemah dengan cepat. “Aku tidak bisa mempertahankannya lama-lama!”


Makhluk kedua berhasil mendekat, menyapu mereka dengan tangan besar yang berlapis es. Elara dan Arga terhempas ke tanah, hampir kehilangan bola kristal. Saat itu, suara penjaga terdengar lagi.


“Gunakan simbol di pintu. Itu akan mengaktifkan perlindungan.”


Arga, yang merasa putus asa, menyeret dirinya menuju pintu masuk gua. Ia melihat simbol-simbol itu lebih dekat dan menyadari bahwa salah satu simbol berbentuk seperti perangkat di tangannya.


“Elara, tahan mereka sebentar lagi!” serunya.


Elara mengalihkan perhatian makhluk-makhluk itu dengan melemparkan pecahan es ke arah mereka, meskipun usahanya terlihat sia-sia.

Lihat selengkapnya