Arga dan Elara melanjutkan perjalanan mereka dengan hati-hati, mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh bola kristal. Namun, rasa tenang yang mereka rasakan di gua tidak bertahan lama. Energi yang mereka aktifkan telah menyentuh sesuatu di luar pemahaman mereka—sesuatu yang tidak hanya besar, tetapi juga memiliki kesadaran dan niat.
#Langkah Pertama ke Wilayah Baru#
Medan yang mereka lalui semakin sulit. Hembusan angin dingin dan salju yang menusuk kulit membuat perjalanan terasa lebih berat. Bola kristal terus memancarkan cahaya biru lembut, memberikan harapan kecil di tengah kerasnya lingkungan.
“Elara, kau dengar itu?” tanya Arga tiba-tiba, menghentikan langkahnya.
Elara berhenti, memasang telinga. Suara rendah, seperti gemuruh jauh di bawah permukaan bumi, terdengar samar-samar.
“Itu bukan angin,” katanya dengan nada waspada. “Kita harus segera menemukan perlindungan.”
Mereka mempercepat langkah, menuruni lereng yang curam menuju lembah yang terlihat lebih aman. Namun, gemuruh itu semakin mendekat, dan tiba-tiba tanah di bawah mereka bergetar hebat.
“Lari!” seru Elara, menarik tangan Arga.
# Serangan Makhluk Kuno#
Dari balik kabut salju, makhluk raksasa muncul. Tubuhnya terbuat dari es yang keras, dengan cahaya biru menyala di bagian dadanya—mirip dengan bola kristal yang mereka bawa. Makhluk itu bergerak perlahan, tetapi setiap langkahnya mengguncang tanah.
“Ini berbeda dari sebelumnya,” gumam Arga, matanya terpaku pada makhluk itu.
Makhluk itu mengeluarkan suara seperti raungan, memancarkan gelombang energi yang membuat salju di sekitar mereka meleleh. Bola kristal di tangan Arga bergetar, memancarkan cahaya yang lebih terang, seolah-olah mencoba berkomunikasi dengan makhluk itu.
“Elara, aku rasa ini bukan musuh,” kata Arga tiba-tiba.
“Apa maksudmu? Itu jelas akan membunuh kita!” Elara bersiap menarik senjatanya.
“Tidak, lihat cahaya di dadanya. Itu mirip dengan energi yang kita bawa. Mungkin dia penjaga yang lain, seperti Penjaga di gua.”
Elara terdiam, tetapi masih berjaga-jaga. Makhluk itu mendekat, menundukkan kepalanya seperti sedang mengamati mereka. Bola kristal berhenti bergetar, dan suara Penjaga kembali terdengar di pikiran mereka.
“Makhluk ini adalah Sentinel, penjaga terakhir energi Arkanis. Dia tidak akan melukai kalian selama kalian tidak menjadi ancaman.”
“Bagaimana kami bisa memastikan dia tahu itu?” tanya Elara dengan nada sinis.
“Letakkan bola kristal di tanah di hadapannya,” jawab Penjaga.