Arga dan Elara berdiri tegak, meskipun hati mereka berdebar hebat. Di hadapan mereka, sosok raksasa dari es yang baru saja terbangun memancarkan energi yang begitu kuat, menggetarkan tanah dan mengguncang udara di sekitar mereka. Cahaya biru yang memancar dari tubuh makhluk itu memancar begitu terang, seolah seluruh gua telah berubah menjadi medan pertempuran antara dua kekuatan yang sangat besar.
"Kami tidak akan membiarkan dunia ini hancur," kata Arga, berusaha tetap tegar meskipun tubuhnya lelah akibat pertempuran sebelumnya. "Kami tidak akan membiarkan energi ini jatuh ke tangan yang salah."
Sosok es itu menggeram, dan dari dalam tubuhnya yang terbuat dari kristal es, sebuah suara dalam dan mengerikan terdengar. "Kalian tidak mengerti apa yang kalian hadapi, anak-anak manusia. Energi yang kalian bangkitkan adalah kunci untuk membangkitkan kekuatan kuno yang lebih tua dari dunia ini sendiri. Kalian bukanlah penjaga yang layak."
Makhluk itu mengangkat tangan raksasanya, dan seketika salju di sekitar mereka berputar membentuk tornado es yang mengelilingi Arga dan Elara. Dengan cepat, mereka terpaksa melompat ke samping untuk menghindari kekuatan es yang menggulung begitu cepat, menyapu semua yang ada di sekitarnya. Angin dingin yang tajam menusuk kulit mereka, membuat mereka hampir kehilangan keseimbangan.
“Elara, kita harus bertarung dengan bijak!” seru Arga, suaranya hampir tenggelam dalam teriakan angin. "Makhluk ini kuat, kita tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan mentah saja."
Elara mengangguk dan menarik senjatanya, sepasang pedang yang terbuat dari logam putih yang berkilauan, senjata warisan leluhurnya. "Aku tahu, Arga. Tapi kita harus memanfaatkan apa yang kita punya. Bola kristal itu... masih memiliki sisa-sisa energi, kan?"
Arga memeriksa bola kristal di tangannya yang kini semakin redup. "Ya, tapi energi ini terbatas. Jika kita tidak menggunakannya dengan hati-hati, kita bisa kehilangan kendali."
Makhluk itu mulai bergerak lagi, kali ini dengan lebih cepat, menabrak batu besar di sekitar mereka dengan satu ayunan tangan. Batu-batu itu hancur seketika, menyemburkan pecahan es dan debu ke udara. Arga dan Elara melompat ke samping, menghindari ledakan es yang begitu dahsyat. Namun, mereka tahu bahwa waktu mereka semakin terbatas.
Makhluk es itu menyeringai, meskipun wajahnya terbuat dari salju padat. "Kalian bisa berlari, kalian bisa bersembunyi, tapi itu tidak akan mengubah apa-apa. Kekuatan ini sudah ada lebih lama dari kalian, dan dunia ini akan jatuh ke tanganku. Kalian hanyalah pion-pion kecil dalam permainan ini."