Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam ketika Reo keluar dari kamar mandi. Setelah berganti baju, Reo menghampiri kotak P3K yang selalu tersedia di kamarnya. Dia butuh plester untuk membungkus luka di jarinya karena terus bergesekan dengan tali busur panah. Perih. Tentu saja. Tidak ada perjuangan yang mudah. Luka di jari adalah hal kecil bagi seorang atlet panahan.
Suara notifikasi yang terus terdengar dari gawai yang Reo letakkan di atas tempat tidur lama-lama membuat penasaran pemiliknya. Reo merapikan kembali kotak P3K-nya, lalu mengembalikan ke tempat semula. Barulah dia menghampiri gawainya. Dari beberapa grup yang Reo ikuti, rupanya chat terbanyak berasal dari grup Horseback Archery. Awalnya, Reo berencana untuk mengabaikan. Terlebih saat Reo melihat bahwa yang tampak aktif adalah Keanu dan gengnya.
Reo menelungkupkan gawainya kembali di atas bantal, kemudian meninggalkannya ke dapur mengambil minum. Akan tetapi saat dia kembali, gawai itu masih berisik dan Reo tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Percakapan berjumlah ratusan itu Reo baca satu per satu. Tidak ada hal penting yang mereka bicarakan kecuali olokan untuk Reo.
Reo sangat sadar, bukan hanya Keanu dan gengnya yang tidak menyukai keberadaan dirinya, melainkan juga teman satu klubnya yang lain. Reo tidak tahu pasti mengapa pelatihnya selalu menyertakan namanya dalam setiap kejuaraan. Padahal, Reo cukup yakin bahwa ada yang jauh lebih baik kemampuannya dari pada dirinya. Kasih sayang pelatih padanya bahkan beberapa kali menyeretnya dalam masalah rumit. Satu masalah yang paling rumit adalah ketika salah seorang anggota klub ditemukan mati gantung diri di tempat latihan klubnya, yang akhirnya membuat mereka pindah latihan. Dia adalah teman baik Keanu. Keahliannya hampir setara dengan Keanu. Dia rajin dan berusaha keras untuk lolos seleksi. Namun, dengan semua usaha kerasnya, Pelatih justru memilih Reo. Sejak saat itu, Keanu sangat membenci Reo karena menganggap bahwa Reo adalah penyebab kematian sahabatnya.
Keanu: Berapa banyak lagi orang yang ingin kamu korbankan? Berapa banyak lagi orang yang ingin kamu bunuh.
Selalu seperti ini. Setiap kali Reo tidak muncul atau merespon, Keanu akan mengirimkan pesan personal padanya.
Wajah Reo memanas, juga kelopak matanya. Reo meletakkan gawainya dan memilih pergi keluar. Dia butuh udara segar untuk melegakan pikirannya yang semrawut. Reo juga ingin mengabaikan tuduhan mereka dan berhenti merasa bersalah. Akan tetapi, dia mengelak bagaimana pun, hati Reo tidak bisa berbohong. Jangankan teman-temannya, bahkan dirinya merasa bersalah atas kematian sahabat Keanu. Tidak adil memang bagi orang berbakat seperti dirinya mati begitu saja karena tempatnya justru diisi atlet tidak berbakat macam dirinya.
Di ruang tengah, Reo berpapasan dengan Nakula yang berdiam di sofa seperti sedang melamun. Melihat jaket di badan Reo membuat Nakula cepat menduga, bahwa Reo akan pergi di malam yang cukup larut ini.
"Mau ke mana, Re?" tanya Nakula penasaran. Tidak biasanya Reo keluar malam-malam.
"Cari udara seger," jawabnya sambil celingukan. Tepat saat itu Pak Hutar muncul.
"Aden mau keluar? Saya antar?"
"Enggak usah, Pak. Pak Hutar istirahat saja. Pasti capek kan. Saya nyetir sendiri."
Setelah mengambil kunci mobil, Reo pamit pada Nakula dan pergi keluar mengendarai mobil sendiri.
Sementara Nakula kembali melamun. Nai mengganggu pikirannya lagi, lantas membawanya kembali pada rasa bersalah di masa lalu. Tentang sebuah rahasia yang dia simpan rapat sendirian. Membiarkan kesalahpahaman tentang cerita kematian sahabatnya. Setelah bertahun-tahun berusaha menjauhi Sumba, takdir akan segera membawanya kembali ke tanah bertuah itu. Tanpa dia sadari, Nakula pun sangat rindu pada pulau itu. Hanya saja, hatinya khawatir apakah semuanya akan baik-baik saja. Semua hal yang pernah dia temui terakhir kali dua puluh empat tahun yang lalu, pasti telah banyak berubah. Kecuali sebuah tempat, kubur batu sahabatnya. Seseorang yang dikuburkan setelah jasadnya melalui serangkaian ritual penyucian jiwa bagi orang mati. Akan tetapi, benarkah jiwa orang mati itu telah kembali damai ke tempat muasalnya, karena kenyataannya, beberapa tahun setelah kejadian nahas itu, Nakula menemukan jiwa sahabatnya seakan berada di tubuh orang lain.
ԉ
"Sif jaga, Rambu Nai?" sapa seorang pekerja dengan aksen Batak saat melihat Nai duduk di antara tumpukan pelana.
Nai yang duduk di atas lantai sambil memegangi sarung tangan meranggulkan wajahnya dan mengangguk. Tidak lupa dia ulaskan senyuman ramah.
"Iya, Bang," jawabnya akrab.
Hampir semua pekerja di Equestrian Land memperlakukan satu sama lain seperti keluarga sendiri. Terutama pada Nai yang selalu mendapatkan perlakuan istimewa karena dia seorang perempuan. Meskipun Nai sebenarnya bukanlah sosok perempuan manja. Dia bahkan lebih tangguh dari beberapa pekerja laki-laki.
"Perlu ditemenin enggak?"