Jejak Umbu di Tanah Bertuah

Sika Indry
Chapter #5

Sepak Kuda

Equestrian Land ramai. Spanduk bertuliskan ucapan selamat datang terpasang di dekat pintu masuk. Hari ini tempat peternakan dan pelatihan berkuda itu kedatangan duta pariwisata dan seorang aktor yang baru memulai hobi berkuda.

Di antara kesibukan para pekerja mempersiapkan tempat untuk syuting kru film yang akan mempromosikan tempat mereka sebagai bagian dari kerja sama antara pihak Equestrian Land dengan Pemerintah Kota, Reo tidak henti memutar pandangannya. Berusaha menemukan perempuan yang membuatnya terkesima dengan kemampuan memanahnya semalam.

"Reo!" panggilan Nakula membuat Reo berbalik.

Nakula yang berdiri di samping perempuan cantik seumuran Reo melambaikan tangan. Adik Nakula ingin mengabaikan dan segera mencari Nai, tetapi Nakula tampak memaksa. Atlet panahan berkuda itu terpaksa mendekat.

"Ada apa?" tanya Reo sembari memutar kepalanya tanpa henti. Sementara perempuan cantik di samping Nakula tidak henti memperhatikan dirinya.

"Ini ada fans yang pengen kenal sama kamu."

Ucapan Nakula membuat Reo memperhatikan perempuan cantik di samping abangnya. Hanya ada dia sekarang. Jadi, kemungkinan besar fans yang sedang dibicarakan Nakula adalah perempuan itu. Benar saja, perempuan itu mengulurkan tangan padanya.

"Saya Jola, Duta Pariwisata."

Bukannya menyambut, Reo hanya menatap tangan Jola. Sampai akhirnya Nakula merasa tidak enak dan memukul pelan lengan Reo. Barulah Reo menyambutnya.

"Reo. Tapi maaf ya, lagi sibuk, enggak bisa lama-lama."

"Reo, kamu apaan sih, kayak gitu. Ini fans kamu lho," tegur Nakula.

"Kan udah kenalan, Bang. Apalagi?" sahut Reo seenaknya. Dia kembali melihat berkitar. Seseorang yang dicarinya baru saja melintas, membuat wajahnya seketika berbinar. Tampak jelas dengan binar mata dan senyum lebarnya.

"Jola pengen kenal lebih dekat sama kamu."

"Aku lagi ada urusan penting. Sekarang biar kenalan dulu sama Abang," jawabnya lantas terburu-buru pergi mengejar Nai.

Perempuan berkemeja motif persegi berwarna biru bercorak putih itu tampak sigap merapikan beberapa peralatan kuda. Rambut model kucir kudanya ikut bergerak ke sana kemari saat Nai melakukan banyak pergerakan.

"Rambu Nai, kuda yang mau dipakai syuting udah siap belum?" tanya rekan kerjanya sambil mengangkat pelana.

"Bang Al yang nyiapin. Kayaknya lagi dipasangin pelana sama sanggurdi tadi," jawabnya tanpa berhenti memindahkan barang-barang.

"Rambu Nai, enggak usah diangkatin itu perlengkapannya. Biar Kang Unang aja ntar yang mindahin!" larang si logat Batak.

"Enggak apa-apa, Bang. Nai juga nganggur."

"Hari ini kan emang jatahnya kamu libur. Gara-gara ada syuting aja jadinya kamu disuruh masuk kerja."

Nai hanya tersenyum, kemudian membawa peralatan berkuda ke tempatnya. Merasa ada yang membuntuti membuat Nai berhenti berjalan dan berbalik. Seketika dia menemukan Reo dengan senyuman lebarnya. Nai menatapnya saja dengan lugas.

"Hai!" sapa Reo ragu-ragu.

Dahi Nai berkerut. Ada angin apa atlet panahan berkuda itu mendadak ramah padanya.

"Mau dibantuin?" tawar Reo bersungguh.

Nai menggeleng dengan wajah datar, kemudian meninggalkannya. Reo pun buru-buru menghadang dan membuat perempuan itu berhenti mendadak. Nai bahkan harus mundur untuk memberi jarak antara dirinya dan Reo.

"Mau ngapain lagi?"

"Mau ngajakin kerja sama."

"Kerja sama apaan? Aku enggak punya duit." Nai berusaha menerobos dan kembali meninggalkan Reo.

Atlet itu kembali mengikuti Nai. "Aku pengen kamu jadi pelatihku."

"Pelatih apaan?" sahut Nai sambil terus berjalan.

"Memanah."

Seketika Nai berhenti dan membuat Reo menabrak punggung perempuan itu.

"So-sori!" tukas Reo khawatir membuatnya marah.

"Enggak bisa. Aku sibuk," tegas Nai.

Harapan Reo seketika pupus, tetapi dia betekad tidak akan menyerah. Bagaimana pun caranya dia harus berhasil membujuk Nai. Reo ingin membuktikan bahwa tuduhan Keanu dan teman klubnya salah. Bahwa dia terpilih hanya karena belas kasih pelatihnya bukanlah alasan yang sepenuhnya benar. Sebuah pesan yang dia terima dari pelatihnya membuat Reo memutuskan untuk mengikuti latihan terlebih dulu. Urusan membujuk Nai bisa dia lanjutkan setelah latihan.

ԉ

Proses syuting untuk mempromosikan Equestrian Land dimulai. Jola dan Nakula sengaja dijadikan pemandu acara. Mereka berkeliling ke beberapa area pelatihan berkuda. Dari area latihan berkuda untuk pemula hingga profesional, area berlatih polo berkuda, jumping, bahkan ke tempat Reo dan teman satu klubnya berlatih panahan berkuda.

Jola tampak senang bisa bertemu Reo kembali, meskipun laki-laki itu tampak sibuk mempersiapkan busur dan anak panahnya. Berbeda dengan Keanu dan atlet lain yang sengaja memasang badan agar tersorot kamera.

"Hai!" sapa Jola saat kamera tidak menyorot.

Reo hanya menoleh sekilas sambil tersenyum tawar. Anak panah dia lesatkan dan lagi-lagi hanya berhasil mencapai posisi cincin biru luar. Reo mendesah kesal.

"Aku sering lihat kejuaraan kamu."

Pengakuan Jola membuat Reo menoleh dengan heran.

"Kamu keren mainnya."

Reo tersenyum sebelah. "Keren apanya? Jarang menang juga," jawabnya agak sinis. Dia kembali melesatkan anak panahnya. Tidak tahu jika Keanu dan teman-temannya memperhatikannya. Begitu pun dengan Nakula yang menghampirinya.

"Re, jangan ketus begitu sama cewek."

Reo menoleh. "Bukan ketus, Bang. Aku emang kayak begini orangnya. Abang kayak enggak tahu aja."

Nakula hanya geleng-geleng. "Sori ya, La. Dia pernah dikecewain sama gebetannya, makanya kayak begitu sama cewek."

Reo tersenyum sebelah mendengar ocehan Nakula. "Eh, Bang, enggak ada ceritanya aku dikecewain sama cewek. Yang ada mah itu Abang." Atlet itu berlalu menghampiri pelatihnya, mengabaikan Nakula dan Jola yang belum selesai bicara dengannya.

Lihat selengkapnya