Nai dan Reo mematung di depan kubur batu yang didalamnya terbaring jasad Umbu Reo. Sementara di samping kubur batu itu, pohon Konji berbunga dengan indah. Beberapa kelopaknya berserakan mewarnai tanah. Indah sekali. Di antara guguran kelopak bunga konji, Reo maju satu langkah. Meletakkan busur panah di dekat kubur batu itu.
“Umbu, hadiah dari kami. Semuanya sudah selesai. Istirahatlah dengan tenang.”
Reo tidak tahu apakah hal ini benar untuk diucapkan, karena dirinya juga belum yakin apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Umbu Reo. Apakah dirinya sekadar memiliki ingatan Umbu Reo ataukah dirinya mendapatkan kesempatan kedua dari kehidupan di masa lalu? Kebenarannya, hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
Seperti yang pernah diucapkan Umbu Reo dalam ingatannya, "Semesta ini kepunyaan Tuhan. Dia berhak mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Termasuk mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati."
“Ayo kembali!” ajak Reo yang disambut anggukan oleh Nai.
ԉ
Nakula mematung sendirian menatap kubur batu. Mengenang sejenak kebersamaannya dengan Umbu Reo di masa lalu. Akhirnya, dia bisa berkunjung di tempat peristirahatan sahabatnya dengan kepala tegak. Rahasia yang dia simpan sendiri selama bertahun-tahun akhirnya telah dia kabarkan pada semesta.
“Umbu, aku tidak akan pernah melupakan kau. Seperti janjiku dulu, akan kujaga Nai dan keluarga kau seperti menjaga keluargaku sendiri.”