Jejak Waktu Desi

Khaulah
Chapter #10

[10] Hari Pertama

Pada hari pertama masuk kerja, Desi pergi menemui Bu Angel terlebih dahulu untuk tanda tangan kontrak sesuai dengan diskusinya kemarin. Lalu, ia pergi menemui Pak Agus untuk menerima penjelasan terkait pekerjaan yang harus dilakukan. Tepat pada pukul delapan pagi, saat semua para karyawan dan karyawati mulai bekerja, Desi juga sudah siap dalam balutan seragam khusus petugas kebersihan dan dilengkapi dengan pel, ember, serta sebotol cairan pembersih lantai.

“Jadi, apa apa rencanamuhari ini?”

“Kerja.”

“Yah … aku juga tahu itu.” Lukas melompat ke samping saat pel Desi bergerak cepat ke arahnya. “Maksudku, apa strategi yang kamu bangga-banggakan kemarin? Apa yang akan kamu lakukan kepada ibu dan ayahmu?”

“Rahasia dong!”

“Mengapa harus dirahasiakan?” Lukas mengernyit. “Aku di sini untuk mendampingi dan menemanimu, Desi. Aku harus tahu apa strategi atau rencanamu, dan bagaimana kamu akan menjalankannya.”

“Nanti gue jelasin. Sekarang, gue mau ngepel dulu.”

Lukas tidak habis pikir. Mengapa Desi—yang, di masa modern, merupakan wanita karier cukup sukses—mau melakukan pekerjaan semacam ini? Bukankah ia bisa saja meminta pekerjaan yang lebih sesuai dengan kemampuan dan ilmunya? Lukas yakin, pasti setidaknya ada satu posisi kosong sebagai staf kantor di gedung besar ini.

“Kalau lo nganggur, coba tolong cek WC, Luk. Ada yang pampat enggak?”

Pemuda itu melotot. “Seandainya ada yang pampat, apa yang akan kamu lakukan?”

Desi mengerjap. “Yah … gue benerin! Atau lo mau bantu? Boleh, nih, bantuin. Pakai ini.”

“TIDAK MAU!”

Dalam satu kedipan mata, Lukas langsung menghilang entah ke mana. Desi mengumpat pelan, tapi mau tidak mau ia menyeringai juga. Menggoda Lukas menjadi hobi barunya sekarang.

Pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya dengan seragam serupa muncul. Wanita itu juga membawa ember dan tongkat pel. Wajahnya agak murung, namun langsung berkerut bingung saat melihat kehadiran Desi.

“Pagi, Bu!” sapa Desi ceria. “Nama saya Desi. Mulai hari ini, saya kerja sebagai office girl!”

“O-oh ….” Wanita itu semakin keheranan. “Elu … anak baru …?”

“Iya, Bu.”

“Kok—”

Belum sempat mereka melanjutkan perkenalan, pintu toilet terbuka kembali. Kali ini, Pak Agus yang muncul.

“Non Des, kamu— Eh, Mpok Mae. Baru dateng, Mpok?”

“Gus, ini … beneran anak baru …?” Wanita yang ternyata bernama Mpok Mae itu berbisik.

“Iya. Beneran. Kemarin langsung diterima sama Bu Angel. Hari ini mulai kerja.” Pak Agus menyeringai. “Tolong dibimbing ya, Mpok.”

“Oh … i-iyak ….”

Lihat selengkapnya