Jekayla

tata
Chapter #3

Bucin tapi Gengsi

Hal yang paling Jevin gemari selain membuat Kayla kesal adalah bermain game online. Ia bisa habiskan waktunya dengan hanya duduk menatap layar komputer, menciptakan dunianya sendiri sampai kadang lupa waktu. Hal ini yang membuat Kayla kerap kali merasa jengkel karena waktu pemuda itu hanya dihabiskan untuk bermain game dari pada bersama dengan dirinya. Namun lambat laun, Kayla mulai terbiasa dengan hal itu dan tidak mempermasalahkannya sesering dahulu. Semakin mengenal Jevin, Kayla tahu bahwa pemuda itu bukan tipikal orang yang suka menghabiskan waktu bersama untuk membuktikan rasa cintanya. Kalau bahasa jaman sekarang, love language Jevin bukan quality time. Lalu Jevin menunjukkan rasa cintanya terhadap Kayla dalam bentuk apa?

Untuk hal itu sepertinya bisa kita dapatkan jawabannya seiring berjalannya cerita.

“Tumben banget jam segini udah balik dari warnet, Je?”

Jevin yang baru saja ingin masuk ke dalam kamar kosnya dibuat menoleh pada suara dari kamar sebelah. Tidak lama kemudian sang pemilik suara muncul dengan handuk yang melingkar di leher serta rambut yang masih basah menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi.

“Gue nggak ke warnet.”

Mendengar pernyataan yang diberikan Jevin, pemuda tadi lantas mengeryit heran. “Tumben? Padahal tadi Jemi sama Bang Jay nyusulin lo ke sana.”

Jevin seketika tertawa, entah kenapa tiba-tiba kembali teringat dengan wajah kesal Kayla saat tadi ia pulang ditambah dengan pernyataan temannya barusan. “Gue dari kosan Kayla,” ujarnya.

Pemuda tadi mengangguk mengerti mengerti walau diselingi dengan kekehan kecil.

Yang sedari tadi bicara dengan Jevin ini adalah Taka Aditama, sahabat Kayla dari kecil yang sekarang menjadi teman akrab Jevin di kos. Taka satu tahun lebih tua dari mereka, seumuran dengan Adel dan Nada, mahasiswa teknik informatika semester lima yang punya paras tampan, tipe-tipe kakak tingkat idaman karena sifatnya yang juga ramah ke pada semua orang.

“Lo dari tadi sendirian di kosan?” tanya Jevin saat menyadari suasana kos yang senyap.

Taka berjalan menuju sofa, kemudian mendudukan dirinya di sana sembari tangan yang kini berpegang pada handuk di atas kepala, membuat gesekan guna mengeringkan rambut basahnya. “Jemi sama Bang Jay kan tadi gue bilang nyusul lo ke warnet, Bang Ramon lagi pulang ke rumah orang tuanya, Bang Julian lembur di kantor, kalau Bang Yogi gue gak tau deh ke mana.”

Jevin mengangguk dengan helaan napas pelan. “Bang Julian weekend kayak gini masih tetap lembur di kantor?”

Taka mengangkat kedua bahunya tanda ia pun juga tidak mengerti. Teman satu kos mereka yang satu itu memang bukan anak kuliahan seperti mereka lagi, dia sudah lulus dua tahun yang lalu namun masih setia jadi bagian dari penghuni kos dengan alasan kantornya dekat dari sini.

“Oh iya, Je.” Taka memanggil, padahal tadi Jevin baru saja ingin kembali melangkah memasuki kamarnya.

“Apa?”

“Cewek lo minta anterin beli seblak, katanya langganan dia yang biasa lagi nggak jualan karena lagi pulang kampung.”

Jevin mengernyit, kemudian ia menyambut handphone Taka yang pemuda itu serahkan kepadanya, menampilkan isi chat dari Kayla.

“Bukannya tadi lo baru balik dari sana? Kenapa nggak sekalian?”

Jevin berdehem pelan. “Lo lagi sibuk nggak?”

Taka menggeleng, “Nggak.”

Lihat selengkapnya