Jekayla

tata
Chapter #7

Suka?

Jevin tak jarang terkekeh sendiri sambil memandang layar ponselnya. Berbalas pesan dengan Kayla bisa-bisa membuatnya nampak awet muda karena sering tertawa. Meski isi percakapannya tidak sedang melucu melainkan kata-kata yang penuh dengan makian emosi satu sama lain, tapi bagi Jevin itu justru sangat membuatnya terhibur. Puas sekali rasanya jika dia sudah berhasil membuat gadis itu mengumpatinya.

“Stres ya, lo?”

Celetukan dari seseorang yang tiba-tiba datang menghampirinya membuat Jevin menoleh, masih dengan sisa tawa, Jevin menyapa Taka yang kini mendudukan dirinya di kursi kosong yang ada di sampingnya.

“Ketawa-ketawa sendiri di sini, dilihat tetangga, disangka gila lo,” ucap Taka yang dibuat heran melihat tingkah Jevib sedari tadi.

“Barusan ngerjain Kayla.”

“Suka banget ngerjain dia?”

“Lucu. Marahnya lucu.”

Taka terkekeh pelan, ada rasa iri dalam dirinya saat Jevin berucap demikian. Mau bagaimana pun, sebagai orang yang tumbuh bersama sejak kecil, Taka punya rasa cemburu saat mengetahui Jevin telah berhasil menggantikan perannya di sisi Kayla, terlebih, sebagai pacar yang statusnya lebih tinggi dari seorang teman.

Jevin diam-diam melirik Taka yang kini menatap lurus ke depan. Ia tahu jelas, ia bisa membaca pemuda itu punya tatapan yang berbeda pada Kayla. Jevin tidak bodoh, hanya saja dia bertingkah seolah tak tahu apa pun ketika melihat gerak-gerik pemuda itu yang jelas sekali menandakan bahwa ia menaruh rasa pada pacarnya.

Namun, entah kenapa hari ini Jevin ingin lebih memastikan persepsinya terhadap apa yang selama ini ia pikirkan. Walau pun kemungkinan besar Taka tidak akan mengaku, Jevin akan tetap bertanya kepada pemuda itu.

“Ka, lo masih suka sama Kayla?” Jevin sengaja menggunakan kata ‘masih’ untuk menjebak.

Taka yang mendapat pertanyaan begitu dengan tiba-tiba lantas dibuat kaget, terlihat jelas dari raut wajahnya saat menoleh pada Jevin.

“Maksud lo?” tanya Taka dengan raut bingung.

“Lo suka Kayla ‘kan?” tanya Jevin lagi.

Melihat Taka yang terdiam semakin membuat Jevin yakin akan apa yang ia pikirkan selama ini. Lantas ia terkekeh pelan guna mencairkan suasana yang mendadak begitu tegang.

“Santai. Gue gak akan melarang lo buat suka dia. Gue gak punya hak apa-apa atas perasaan lo. Selama Kayla sukanya sama gue, gue gak peduli mau siapa aja yang suka sama dia,” ucap Jevin penuh dengan rasa percaya diri terhadap apa yang baru saja ia katakan.

Taka masih diam sampai kemudian ia menghela napas pelan. “Lo tau dari mana? Udah lama?” Pertanyaan itu lantas membuat Jevin terkekeh. Padahal ia tidak tahu dari mana-mana, hanya berniat untuk memastikan persepsinya dari melihat gelagat pemuda itu jika berkaitan dengan Kayla.

“Gelagat lo mudah ketebak, Ka. Gue tadinya cuma nebak, taunya beneran suka.”

“Sial.”

Jevin tertawa setelah umpatan yang dikeluarkan oleh Taka.

“Gue minta lo jangan bilang ke Kayla soal ini,” ucap Taka dengan helaan napasnya yang berat. “Gue udah suka dia dari masa sekolah menengah, tapi gue aja yang pengecut, gak bisa meutarakan karena terlalu takut Kayla bakal jauhin gue.”

“Cih, friendzone.”

Taka tertawa, kemudian tangannya menggapai pundak Jevin lalu menepuknya sebanyak dua kali sebelum berucap, “Gue percayain Kayla sama lo. Tapi kalau seandainya suatu saat nanti lo sakitin dia, gue gak akan segan buat rebut dia dari lo kapan aja, Je.”

Sebuah peringatan yang terdengar sangat mustahil untuk Jevin lakukan. Namun tidak ada yang tahu masa depan, bukan?

***


“Taka suka sama lo, ya?”

“Hah?”

Kayla hampir saja hendak tersedak salivanya sendiri saat Nada dengan tiba-tiba berceletuk begitu pada Kayla yang sedang asik menonton televisi.

Nada terkekeh melihat respon yang Kayla beri, ia pun ikut duduk di samping gadis itu yang tengah duduk di sofa, menyodorkan satu botol yakult dan sprite pada Kayla.

“Apa nih, Kak?” tanya Kayla heran, melihat Nada yang tiba-tiba memberikannya dua buah minuman berbeda.

“Dari Taka.”

Kayla lantas mengerjap heran, “Lo ketemu Taka di mana?”

“Di depan tadi waktu gue mau masuk.”

Jawaban itu lantas semakin membuat Kayla kebingungan. Kenapa Taka tidak langsung menghubunginya saja seperti biasa jika hendak memberikan minuman kesukaan mereka saat sekolah dulu?

Kayla menyambut minuman yang Nada sodorkan masih dengan pikiran heran. Tak biasanya Taka tidak menghubunginya lebih dulu. Apa tidak sempat? Memang pemuda itu mau ke mana sampai terburu-buru?

“Telepon aja orangnya, dari pada lo kebingungan kayak gini,” celetuk Nada, menggeleng dengan kekehan geli melihat reaksi yang Kayla berikan sedari tadi.

Mendengar hal itu lantas membuat Kayla mengerjap lambat, kemudian melakukan apa yang barusan Nada sarankan kepadanya; menelepon Taka.

Sebenarnya ini memang kelihatan tidak begitu penting untuk dibahas, tapi bagi Kayla, pemuda dengan nama belakang Aditama itu sangat aneh akhir-akhir ini, terlihat seperti menghindarinya untuk berinteraksi.

“Ka, tadi di depan kos kenapa gak panggil gue aja?” tanya Kayla, saat panggilan teleponnya tersambung.

Kenapa?”

“Kok kenapa sih? Gue nanya loh ini, malah balik nanya.” Kayla mendengus kesal, “Kenapa dititipin ke Kak Nada? Padahal gue mau ketemu sama lo juga.”

Kenapa mau ketemu?”

“Lo sadar gak sih akhir-akhir ini susah banget buat dihubungin? Dibilang sibuk juga enggak.”

Kata siapa gue gak sibuk?”

“Kata fakta.”

Fakta punya mulut?”

“Taka ih!”

Terdengar suara tawa Taka saat mendapati reaksi kesal yang Kayla berikan padanya.

Kangen ya, lo?”

“Iya.” Kayla menghembuskan napasnya pelan, “Lo udah jarang banget hubungin gue, sekarang udah punya pacar ya?”

Pacar anime.”

“Wibu.”

Suara tawa Taka kembali terdengar, membuat Kayla ikut dibuat tertawa karena kekonyolan pemuda itu.

“Serius atuh ih! Bercanda mulu.”

Gak enak ngobrol di telepon gini, suara lo gak jelas.”

Lihat selengkapnya