Sesampainya di warung makan, Anesya menghubungi Kanaya. Karena malas jalan sendirian, Kanaya minta dibelikan saja makanannya. Anesya tersenyum Bahagia, semua berjalan sesuai rencananya.
Anesya memesan makanan Kanaya,
“Duh, Kanaya, nggak di rumah, nggak di kantor, kelakuannya sama saja.” Ujar Anesya sembari geleng kepala.
“Kenapa, Nes? Memangnya, kalian satu rumah?” tanya Nadia.
Anesya menarik Napas.
“Iya, aku tinggal di rumah Kanaya. Sebenarnya sih, aku pingin balik ke rumahku sendiri, kan lebih dekat ke kantor. Tapi, aku nggak tega sama Tante Niken, mamanya Kanya. Semua tugas rumah, dia yang mengerjakan, padahal Tante Niken juga kerja. Kasihan, kan, udah tua masih aja kayak punya anak bayi. Tapi ya, mau bagaimana lagi, namanya juga orang tua, apa saja dilakukan asal anaknya Bahagia. Kadang anaknya aja yang nggak tahu diri.” tutur Anesya berbicara seolah ia paling simpati pada Niken.
Nadia dan teman-temannya dengan mudah percaya apa yang di katakan Anesya, apalagi mereka memang merasa kalah saing dengan Kanaya. Saat ada kesempatan untuk menjelekkan Kanaya, mereka langsung terpancing. Valeri turut membumbui, menjelekkan Kanaya.
“Aku sih, udah duga, kalau Kanaya di rumah juga suka nge-bos-i. Ih, amit-amit.ya. jangan sampai kita seperti Kanaya yang tega sama orang tua sendiri.” Valeri memasang tampang sinis.
“Iya, ya! Aku juga nggak nyangka, kelakuan Kanaya parah banget sama orangtuanya sendiri. Pantas saja di kantor dia nge-bos-i banget, ternyata di rumah juga gitu!. Nadia menggeleng, wajahnya terlihat kecewa,
“Mendingan kamu pindah aja, Nes, biar tahu rasa si Kanaya. Jangan mentang mentang udah jadi manager marketing, jadi seenaknya sama orang tua.” timpal Valeri.
Anesya memasang tampang simpati, tapi di hatinya ia tersenyum Bahagia, Nadia dan teman-temannya termakan ceritanya.
Sejak saat itu, Nadia dan teman-temannya mulai jaga jarak dengan Kanya, sedangkan Anesya semakin dekat dengan mereka. Bahkan Exel pun teermakan rumor yang beredar jika kanaya memang suka nge-bos-i bahkan pada orang tuanya, sampai pada semua karyawan di kantor itu tidak terkecuali Exel.
Kanaya semakin sibuk dengan urusan pribadi, ia mengurus sendiri semua persiapan pernikahannya. Kanaya tidak ingin membuat repot orang tuanya, begitu pun dengan Farrel, calon suaminya. Ia tahu farrel sedang sibuk di kantor tempatnya bekerja, karena sedang mengerjakan proyek besar. Karena itu ia memilih mengerjakan sendiri tanpa banyak mengeluh. Kanaya sangat mengandalkan Anesya membantu pekerjaannya di kantor.
Anesya ternyata mampu menjadi negoisator ulung, ia berhasil memenangkan beberapa tender. Hingga perusahaan sangat sibuk dan membuat jam lembur untuk karyawan. Anesya mulai mempengaruhi Exel kalau ia mampu mengerjakan semua pekerjaan tanpa Kanaya, dan itu sudah ia buktikan.