Anesya tidak terima dipermalukan Hamam di depan Kanaya. Ia merencanakan untuk membalas sakit hatinya. Anesya pergi ke terminal bis. Ia menyewa seorang preman untuk menculik Kanaya dan membawanya ke sebuah villa di lembang. Anesya menunggu di villa itu, ia menyiapkan semua perlengkapan untuk menyiksa Kanaya. tak lupa ia membeli bensin ketengan untuk membakar Kanaya hidup-hidup di dalam villa.
Malampun tiba, Anesya menikmati spaghetti makan malamnya menggunakan pisau pengganti garpu. Pisau itu akan ia pakai untuk menggores kulit mulus Kanaya. ada juga tali tambag, selendang dan bunga warna-warni.
Sementara, di dalam hotel, Hamam dan Kanaya memilih makan di dalam kamar, mereka masih enggan keluar kamar, khawatir Anesya masih mengikuti. Kanaya dan Hamam menghabiskan malam mencekam itu dengan sendagurau.
Pagi ini, Kanaya ikut bersama Hamam ke perkebunan. Ini kali kedua ia mengunjungi tempat itu. Saat lelah Kanaya memilih istirahat di gazebo, sedangkan Hamam memberi penyuluhan pada petani kopi. Kanaya memandang suaminya dari kejauhan, ada rasa haru dan bangga di hatinya mendapat pembelaan dan perlindungan dari kejahatan Anesya.
Saat angannya melayang mengingat peristiwa pertemuannya dengan Hamam, tiba-tiba seorang lelaki tegap bertato membekap mulutnya. Kanaya mencoba melawan, namun tenaganya tidak cukup kuat untuk berontak, dan akhirnya ia pingsan. Lelaki berjaket kulit hitam dan seorang temannya, menggotong Kanaya membawanya ke dalam sebuah mobil. Lalu dengan cepat meninggalkan perkebunan.
Selesai memberi penyuluhan Hamam kembali ke gazebo. Matanya liar menjelajah sekitar area. Ia tidak melihat sosok Kanaya.
“Nay!! Kanaya!! Plis deh, jangan ngumpet. Ayo kita pulang, urusanku sudah selesai! teriaknya. Namun Kanaya tidak kunjung muncul.
Hamam mulai panik, dikerahkannya semua orang di perkebunan mencari Kanaya, tapi nihil. Dari informasi warga yang di dapat, tadi ada mobil kijang tua datang dan tidak lama kemudian pergi.
“Aaaggghhh!!!” Hamam meremas rambutnya, lalu menendang batu kerikil di depannya. “Anesyaaa … Awas kau!!” pekiknya. Seketika tubuhnya banjir dengan keringat. Cemas, iya, Hamam benar-benar cemas pada nasib istri dan calon bayinya.
Hamam menghubungi Farrel, cuma ia yang tahu kemana kemungkinan Anesya membawa Kanaya. Namun sayang ia tidak menyimpan nomer Farrel. Tapi Hamam tidak mati akal, ia membuka akun social media Kanaya, di sana ia menemukan akun Farrel. Melalui messenger Hamam menghubungi Farrel.