Tulit...tulit...tulit-tulit.... Suara alarm berbunyi menunjukkan pukul 04:00 WIB. Aku terbangun mendengar suara alarm yang semakin keras terdengar nyeri ditelinga. Aku memang sengaja bangun lebih awal untuk memasakkan mertua dan suamiku karena hari ini aku harus berangkat pagi-pagi untuk meninjau lokasi pernikahan yang diinginkn klien kami. Lokasinya lumayan jauh tapi masih di dalam kota.
Biasanya Aku bangun sebelum subuh dan memasak setelah sholat subuh. Tapi sekarang aku harus bangun lebih awal. Sebenarnya ibu sudah melarangku untuk terlalu lelah karena harus bekerja dan mengurus rumah. Tapi sebagai seorang istri dan menantu aku tetap ingin menjalankan kewajibanku.
Kesibukanku mengurus rumah dan bekerja tidak membuatku mengeluh meski terkadang sangat melelahkan. Meski begitu aku lebih bahagia dari pada harus membayar ART (asisten rumah tangga) yang saat ini sulit mencari orang yang jujur. Berita diluar sama membuatku takut untuk mempekerjakan ART di rumah ibu.
Dengan berat aku menghempaskan selimut dan mengikat rambutku yang sudah melebihi bahu. Aku melihat Mas Hendra masih tertidur lelap. Perlahan aku turun dari ranjangku dan pergi ke dapur untuk mulai memasak.
Tidak terasa enam bulan sudah setelah kepergian ayah mertuaku untuk selama-lamanya dan tak terasa pula aku sudah enam bulan hidup satu atap dengan ibu mertuaku.
Banyak yang perubahan dalam pola hidup selama aku tinggal dengan ibu mertuaku. Dulu sewaktu kami masih berdua saja kami sering makan diluar untuk sekedar jalan berdua atau memang karena aku tidak sempat memasak. Tapi jarang sekali aku tidak sempat memasak karena pekerjaanku yang fleksibel dan hanya memakan waktu banyak ketika ada yang mendesak. Tapi kami sangat suka makan diluar karena suasana yang menurutku lebih romantis dari pada hanya dirumah dengan pemandangan tembok dinding bewarna putih.
Kami memang sering menghabiskan waktu berdua untuk sekedar menikmati malam. Hal ini juga yang menjadi rahasia rumah tangga kami selalu harmonis. Saat sedang di rumah juga kami sangat intens berkomunikasi. Bercerita tentang pekerjaan dan juga rencana masa depan. Sungguh rumah tangga yang sangat aku impikan dan benar-benar terjadi.
Dinikahi mas Hendra adalah sebuah anugrah yang sangat aku syukuri. Allah begitu baik mengirim pria sebaik dan sesabar mas Hendra untukku. Aku tidak akan pernah rela jika ada orang lain yang mengambil alih tugasku untuk membahagiakan dan menemani suamiku sampai surga yang sama-sama kami impikan.
Aku berusaha melakukan tugasku dengan baik semampuku. Tapi setelah tinggal bersama ibu semua kebiasaanku dengan Mas Hendra harus berubah. Aku sekarang adalah seorang istri yang memiliki tanggung jawab bukan hanya kepada suamiku tapi juga mertuaku. Aku harus menyisihkan waktu untuk memasak setiap hari. Ibu mertuaku tidak boleh sembarangan memakan makanan cepat saji karena hal itu tidak baik untuk kesehatannya. Walaupun aku tidak pandai memasak tapi mertuaku sangat senang dengan semangatku untuk selalu belajar menjadi istri yang sempurna untuk suami dan mertuaku.
Allahuakbar...Allah....huakbar... Suara adzan subuh mulai terdengar beriringan dengan selesainya tugasku di dapur. Tampak ibu mertuaku keluar dari kamarnya dan mengahampiriku.
"Kok pagi-pagi sekali sudah masak El ? Kamu mau kemana nak ?" Tanya ibu dengan sangat lembut dan penuh kasih.
"El ada kerjaan pagi ini bu jadi harus berangkat pagi." Aku tersenyum kecil membalas pertanyataan mertuaku sembari mencuci tangan dan membuka celemek yang aku pakai saat memasak tadi.
"Ya sudah bu. El mau bangunkan Mas Hendra dulu buat sholat subuh." Lanjutku kepada ibu.
"Iya nak." Jawab itu sambil mengaggukkan kepalanya. Aku bergegas menuju kamar untuk membangunkan mas Hendra.
"Cengeeeekkkk." Suara pintu kamar dan Adzan subuh terdengar bersamaan. Aku menghampiri suamiku yang masih tertidur lelap karena lembur semalam menyelesaikan pekerjaan kantornya. Sebenarnya aku tidak tega membangunkannya. Perlahan aku pegang lengannya dan ku goyang-goyangkan agar mata suamiku ini bisa terbuka.
"Mas... Bangun mas udah subuh." Ucapku pelan. Mas Hendra adalah pria yang tidak sulit untuk dibangunkan jadi tidak perlu waktu lama habis untuk membangunkannya.
"Bangun mas sholat subuh." Mas Hendra bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
******
Tepat pukul 06:00 WIB aku berangkat ke kantor. Kucium tangan suami dan mertuaku. Lalu aku masuk ke dalam mobil jezz biru yang sudah terparkir dipinggir jalan. Selama aku bersiap-siap mas Hendra membantuku untuk memanasi mesin mobil dan memarkirkannya dipinggir jalan agar aku lebih mudah mengendarainya. Aku melambaikan tangan kepada kedua orang yang kusayang ini.
"Hati-hati nak." Ucap ibu kepadaku.
"Iya Bu. Assalamualaikum." Ucapku sebelum masuk mobil dan setelahnya pergi.
"Waalaikumsalam." Balas ibu dan suamiku yang masih bisa aku dengar meski dari dalam mobil.