Hendra Pov.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19:24 WIB.
"Brok" Kudengar suara pintu mobil ditutup diikuti suara alaram mobil. Aku sudah bisa menebak siapa yang datang. Dia pasti Elisa istriku yang harus bekerja dihari libur. Aku segera beranjak dari sofa ruang keluarga dan berjalan menuju pintu depan.
"Krek" Ku buka pintu depan dan kulihat senyum manis istriku dibalik pintu dengan membawa beberapa kantong belanja ditangannya. Wajahnya begitu ceria dan penuh dengan semangat walau aku tahu dia pasti sangat lelah.
Ku balas senyum itu dengan senyumku yang paling manis. Meski baru tadi pagi aku ditinggal pergi tapi hatiku sangat merindukannya. Dia selalu membuatku rindu saat kami berjauhan. Tidak heran kalau aku selalu menghubunginya setiap jam istirahat kantor. Dia juga selalu membalas pesanku meski dia sangat sibuk. Bagi kami komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan. Komunikasi juga membuat kami selalu dekat meski berjauhan dan saling memberi kabar agar tidak timbul rasa khawatir.
"Assalamualaikum" istriku meraih tangan kananku dan menciumnya meski ditangannya masih tergantung plastik belanjaan. Entah apa yang dia beli dengan kantong sebanyak ini.
"Waalaikumsalam" jawabku dengan mengulurkan tanganku.
"Bawa apa sih dek kok banyak banget ?" Tanyaku penasaran dengan isi kantong ditangannya.
"Nanti dibuka di dalam aja mas."
"Yasudah sini mas bantu bawa kedalam." Aku mengambil beberapa kantong untuk membantu istriku yang sepertinya kewalahan dengan kantong yang dia bawa.
Setelah itu kami berdua masuk dan langsung menuju meja makan. Entah apa yang merasuki istriku ditempat yang dia kunjungi tadi sehingga banyak sekali membeli makanan.
Dia meletakkan semua belanja yang dia beli diatas meja makan. Aku juga melatakkan kantung belanja di atas meja.
Tampak ibu berjalan mendekati kami dimeja makan. Sepertinya ibu terbangun karena mendengar kegaduhan kami. Ibu memang berpaitan kepadaku untuk tidur lebih awal setelah sholat isa'. Ibu bilang sangat lelah mengurus rumah sendirian. Biasanya ibu memang dibantu El dalam mengurus rumah. Tapi kali ini ibu harus mengurus rumah sendirian karena El sedang tidak di rumah. Aku juga sempat keluar sore tadi karena ada urusan dengan Dika.
"Kok banyak banget El belanjanya ?" tanya ibuku heran melihat kantong plastik memenuhi meja makan.
"Enggak banyak kok bu. Ini hanya makanan cepat saji dan buah-buahan. Saat diperjalanan pulang El melihat banyak penjula buah segar. El jadi ingat ibu dan Mas Hendra. Apalagi mas Hendra sangat suka buah pir jadi El mampir buat beli bu. Karena harganya lebih murah jadi El belinya agak banyak sekalian buat besok-besok bu." Dia meringis kepada kami.
Aku tersenyum melihat kelakuan istriku yang terkadang kalap kalau sedang belanja.
"Kenapa Mas Hendra senyum-senyum ?" pertanyaan istriku membubarkan pikiranku yang senang mendengar jawabannya.
Dengan sedikit tawa aku membalas pertanyaan istriku "Kamu lagi kerja aja mikirin mas. Wah... Bu pesona anakmu ini bisa membuat wanita dihadapanku ini jatuh cinta sepanjang hari." Aku terkekek melihat wajah istriku yang tersipu malu. Ibu tertawa geli mendengar ucapanku.
"Mas Hendra apaan sih. Lagian memang salah aku mikirin suamiku ?" El bertanya sembari mengeluarkan isi belanjaan dari dalam plastik. El mengeluarkan botol kecap dan botol saus.
"Ya enggaklah. Malah harus mikirin mas biar kamu semangat kerjanya." El menyikut perutku yang rasanya lumayan sakit.
"Mas malu sama ibu." El sedikit melotot kepadaku.
"Sudah-sudah. Kenapa kalian jadi malah ribut. El pergilah membersihkan badanmu pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh. Ini biar ibu yang siapkan."
"Astagfirullah. Iya bu El lupa kalau El belum sholat isa'." El menepuk jidatnya.
"Yasudah kamu sholat dulu ini biar ibu sama suamimu yang bereskan." Ibu mulai meraih kantong belanjaan El.
"Iya bu" jawab El singkat setelah itu dia cepat pergi meninggalkan kami dimeja makan.
"Hen istrimu benar-benar perhatian. Ibu yakin dia sangat lelah. Tapi masih sempat dia belanja dan memikirkan kita yang di rumah." Ibu mulai mengelurkan satu-persatu buah-buahan yang dibeli El.
"Dia juga beli lauk matang biar gak repot masak." Ibu tersenyum dengan perhatian menantunya.
"Hendra sangat bersyukur bu punya istri seperti El." Aku tersenyum kepada ibuku.
"Yasudah ayo bantu ibu siapin ini. Kasihan El kalau harus dia juga yang mempersiapkan makan malam karena dia pasti capek banget." Aku mengambil belanjaan di atas meja dan menyusun rapi didalam kulkas.
"Ibu mau siapin lauknya kamu ambilkan air minum dikulkas Hen."
"Iya bu." Aku dan ibu saling membantu untuk membereskan belanjaan dan mempersiapkan makan malam.
******