Flash back on
Hendra Pov.
"Hen aku pulang duluan soalnya sekalian mau mampir beli susu kembar." Dika pergi meninggalkanku saat jam pulang kantor tiba.
"Iya salam buat kembar." Aku sedikit berteriak karena jarak Dika yang semakin jauh.
Aku segera bergegas untuk pulang karena aku ingin mampir ke swalayan untuk membelikan sesuatu untuk El karena sudah lama aku tidak memberinya hadiah.
Aku memang sering memberikan hadiah pada istriku. Meski bukan hari ulang tahun atau hari special aku tetap memberikan hadiah padanya. Hadiah itu aku berikan padanya sebagai rasa terima kasihku atas kesabaran dan ketelatenannya mengurusku dan ibuku.
Aku sebagai suami sangat tahu bagaimana repotnya peran seorang istri. Meski mereka bekerja di rumah dan terkesan ringan. Tapi sebenarnya pekerjaan istri di rumah sangatlah banyak dan melelahkan. Aku selalu menghargai setiap keringat dan semangat istriku yang tidak pernah mengeluh meski setiap hari harus mengurus rumah sampai terkadang lupa mengurus dirinya sendiri.
Aku memarkirkan mobilku di depan swalayan dan masuk untuk mencari sesuatu yang aku cari. Aku berdiri didepan rak boneka beraneka macam yang berbaris rapi. Aku mencari boneka lumba-lumba kecil untuk aku hadiahkan pada istriku.
Aku menemukan boneka lumba-lumba bewarna biru yang lucu. Aku mengambil boneka itu dan pergi menuju kasir. Sebelum sampai ditempat kasir mataku tertuju pada tempat aksesoris wanita. Aku masuk kedalam dan mencari ikat rambut untuk istriku. Rambutnya sudah panjang dan mungkin dia akan membutuhkan ikat rambut agar pekerjaanya menjadi mudah. Setelah menemukan yang pas aku langsung menuju meja kasir untuk membayar.
"Ndra." Sapa seorang wanita saat aku sedang mengantri dikasir. Aku menoleh dan menemukan sosok Nara dibelakangku.
"Oh hai Ra." sapaku pada Nara.
"Kamu sama siapa ?" Nara celingukan mencari sosok yang mungkin bersamaku.
"Aku sendirian soalnya pulang kerja langsung mampir kesini." Nara menghentikan pencariannya.
"Kamu belanja apa ?" Nara melirik boneka dan ikat rambut yang ku pegang.
"Mencari hadiah untuk istriku." Aku mengangkat boneka dan ikat rambut untuk aku tunjukkan pada Nara.
Flash back of
******
Saat ini kami sedang duduk diluar swalayan dan memesan minuman. Swalayan ini sangat besar dan memiliki beberapa tempat makan dengan berbagai pilihan menu.
"Lalu Jason sama siapa kalau kamu pergi ?" Aku meletakkan jus buah pir diatas meja setelah aku meminumnya.
"Jason sama pengasuhnya Dra. Jadi kamu masih suka sama buah pir ?" Tanya Nara heran karena seleraku tidak berubah.
"Begitulah." Aku tertawa kecil.
"Jadi kamu sudah menikah sama siapa Dra ?"
"Aku nikah sama Elisa adik kelas kita. Dulu dia anggota OSIS juga waktu SMA." Nara seperti sedang mengingat-ingat.
"Oh... Elisa yang anaknya cantik tinggi itu ya. Dia juga sering juara kelas bahkan juara umum."
"Yap bener banget."
"Dulu waktu aku pernah pingsan pas upacara dia juga yang bantu aku. Dari situ aku mulai kenal sama dia walaupun tidak begitu akrab. "Nara menceritakan kedekatannya dengan Elisa.
"Dia dulu memang pendiam." Elisa memang anak pendiam. Waktu jadi pengurus OSIS dia juga tidak banyak bicara. Meski begitu dia sangat tekun dan rajin. Sekedar informasi bahwa dulu Elisa juga salah satu siswi berprestasi di sekolah. Banyak lomba yang dia menangkan saat sekolah.
"Lalu gimana kabar ibu Dra ? Sudah lama sekali tidak bertemu."
"Alhamdulilah ibu baik Ra." Nara diam sejenak setelah mendengar jawabanku. Dengan ragu dia berkata ingin berkunjung.
"Bolehkah kalau aku mampir buat silaturahmi sama ibu ?" Nara meminta izin pada Hendra dengan nada penuh hati-hati.
"Tentu boleh Ra. Ibu juga pasti senang kalau kamu mau datang. Apalagi kalau kamu ajak Jason." Aku mengatakan dengan tulus. Meski kami pernah dekat tapi itu hanya masa lalu untukku. Aku hanya tidak ingin menghalangi seseorang untuk bersilaturahmi dengan keluargaku. Aku berpikir meski kami punya masa lalu tapi silaturahmi tidak boleh putus. Lagipula saat ini aku telah memiliki Elisa sebagai istriku yang sangat aku cintai.
"Baiklah nanti aku kabari kalau mau mampir sekalian aku ajak Jason." Nara bersemangat karena akan bertemu orang yang dulu sangat menyayanginya dan berharap dia jadi menantunya.
"Iya Ra." Aku tersenyum pada Nara.
"Rumah kamu masih yang lama kan Dra ?" Nara meyakinkan alamat rumah Hendra karena dulu dia memang pernah berkunjung.
"Iya Ra. masih belum pindah kok." Kami berdua tertawa bersama.
"Nanti aku sampaikan sama ibu dan Elisa kalau kamu mau mampir." Aku kembali menikmati jus pir yang masih setengah gelas.
******
Elisa Pov.
Sore ini aku masak banyak sekali. Berbagai menu makanan utama dan dessret telah aku siapkan. Kata mas Hendra malam ini mbak Nara akan berkunjung ke rumah untuk menyapa aku dan ibu karena sudah lama sekali tidak bertemu.
Aku mengenal mbak Nara karena aku salah satu pengurus OSIS di sekolah sama seperti mbak Nara. Walaupun aku tidak terlalu dekat dengannya tapi dia cukup tahu tentang aku.
Awal mula aku mengenal mbak Nara waktu dia sempat pingsan saat upacara bendera. Saat itu dia setengah sadar dan menggenggam tanganku saat aku membantu membawanya ke UKS. Aku dulu dalah anggota PMR jadi selalu berada dibelakang barisan.