JENDELA KACA

Meria Agustiana
Chapter #12

Sebelas

Elisa Pov.

"El hari ini ibu ada janji sama Nara dan Jason untuk pergi ke taman bermain. Kamu mau ikut ?" Ajak ibu padaku saat aku sedang memasak.

"Sepertinya El tidak bisa ikut bu. El kayak gak enak badan." Dengan lemas aku menyiapkan sarapan untuk ibu.

Hari ini mas Hendra berangkat keluar kota jadi pagi-pagi sekali harus sudah sampai kantor. Mas Hendra kemungkinan akan pulang malam.

"Kalau kamu sakit jangan terlalu capek nak. Kamu istirahat saja." Ibu merapikan pakaiannya karena ibu akan segera pergi.

"El gak papa kok bu. Ibu sarapan dulu ya. Ini El sudah siapkan." El menunjuk hidangan yang ada diatas meja.

"Sebenarnya kamu gak usah repot masak nak. Ibu juga akan makan diluar. Kayaknya gak sempat deh kalau sarapan." Belum selesai ibu berbicara suara klakson mobil terdengar dari luar.

"Itu pasti Nara dan Jason. Kalau gitu ibu berangkat dulu ya El. Kamu jangan terlalu capek. Istirahat dan minumlah vitamin." Ibu bergegas menuju pintu keluar yang diikuti El.

"Ibu jangan makan sembarangan ya. Ingat kesehatan ibu." El memperingatkan ibu mertuanya.

"Iya sayang jangan khawatir kan ada Nara yang jagain ibu." El tersenyum pada Nara yang ada dihadapannya.

"Iya El kamu tenang aja. Pasti aku akan jagain ibu dengan baik." El meringis mendengar ucapan Nara.

"Titip ibu ya mbak." El menatap Nara dengan senyum.

"Iya kamu tenang aja. Kamu istirahat dan jangan terlalu cepak." Nara menasehati El dengan tulus.

Elisa mencium tangan ibunya kemudian masuk kedalam rumah saat mobil yang membawa Nara dan mertuanya hilang dari pandangan.

Rumah terasa sangat sepi tanpa ibu dan Mas Hendra. Aku melihat masakanku diatas meja yang sama sekali belum tersentuh. Mungkin ibu terlalu senang akan pergi bersama Jason sehingga lupa dengan isi perutnya. Aku tersenyum mengingat ibu yang begitu semangat pagi ini. Aku senang melihat ibu mertuaku begitu bersemangat dan semua itu berkat jagoan kecil mbak Nara. Jason memang bisa membuat ibu kembali bersemangat.

Aku berjalan menuju meja makan dan mulai menikmati masakanku sendiri. Aku sarapan ditemani dengan sepi yang begitu menyedihkan. Sebenarnya aku sangat senang dengan kehadiran Jason. Setidaknya kehadiran anak kecil itu membuat ibu sangat bahagia dan melupakan sejenak keinginannya untuk cepat memiliki cucu. Keinginan yang aku sendiri tidak tahu apakah aku sanggup mewujudkannya.

Namun ditengah kebahagiaanku melihat ibu tersenyum tersirat rasa khawatir dalam hatiku. Aku sangat takut kehilangan ibu dan Mas Hendra mengingat posisiku saat ini yang sulit hamil. Apalagi Jason sangat lucu dan membuat siapa saja ingin memilikinnya.

Sebenarnya aku tahu jika ibu tidak begitu. Mungkin ibu terlalu bahagia sampai sedikit melupakanku. Tapi aku tidak pernah merasa ditinggalkan oleh ibu. Beliau selalu mengingatkanku agar tidak terlalu lelah. Beliau juga suka bercanda dan mendengarkan ceritaku. Namun entah mengapa hati kecilku sangat mengkhwatirkan hal yang tidak seharusnya aku pikirkan.

Setelah selesai sarapan aku mencuci piring dan merapikan dapur. Aku kemudian membersihkan diri dan ingin segera beristirahat. Setelah selesai mandi dan akan berbaring aku mendengar ponselku berbunyi. Aku meraih ponselku yang aku letakkan diatas nakas. Aku melihat pesan yang dikirim oleh mas Hendra.

"Dek kata ibu kamu sakit. Gimana keadaanmu sekarang ?" Isi pesan mas Hendra yang sepertinya mengkhawatirkanku.

"El gak papa kok mas. Ini El mau istirahat." Aku membalas pesan mas Hendra agar dia tidak terlalu khawatir.

"Kalau gitu jangan terlalu capek ngurus rumah. Kamu istirahat dan minum vitamin. Setelah kerjaan mas selesai mas akan langsung pulang." Aku tersenyum membaca pesan suamiku yang terlalu posesif ini.

"Iya suamiku sayang. El sudah minum vitamin kok. Jangan terlalu khawatir. Tetaplah fokus dan semangat kerjanya." Aku memberikan emoticon senyum pada akhir pesanku.

Aku tersenyum setelah mengirim pesan kepada mas Hendra. Aku bersyukur ternyata ketakutanku tidak benar. Ibu masih memikirkanku dan memberi tahu mas Hendra akan keadaanku. Aku kembali meletakkan ponselku diatas nakas dan berbaring untuk beristirahat.

******

Aku terbangun karena mendengar suara berisik dari luar. Aku melirik jam yang ternyata sudah sore. Meski sudah beristirahat dan minum vitamin tapi aku masih saja merasa pusing.

Aku berusaha bangkit dan berjalan untuk melihat sumber suara diluar sana. Aku berjalan sambil memegang kepalaku yang terasa sedikit pusing.

"Ibu sudah pulang." Sapaku pada ibu yang saat itu sedang duduk diruang keluarga.

"El sudah bangun ?" Ibu tampak sedang melihat-lihat baju dan dihadapannya terdapat beberapa kantong belanjaan.

"Ibu sudah pulang dari tadi ?" Ibu masih tersenyum-senyum tanpa menjawabku. Mungkin ibu terlalu senang hingga tidak mendengar suaraku.

Lihat selengkapnya