Elisa Pov.
"Assalamualaikum" ucapan salam terdengar dari pintu depan.
"Waalaikumsalam" Aku dan ibu menjawab bersama. Aku langsung menuju pintu untuk membuka pintu karena aku tahu jika mbak Nara adalah tamu dibalik pintu itu.
"Jason gak kenapa-kenapa kan El ?" Mbak Nara langsung bertanya padaku ketika pintu baru terbuka. Mbak Nara tahu kabar Jason hilang ketika menelponku untuk menanyakan keadaan Jason tadi siang. Ketika Mbak Nara menelepon Jason sudah ketemu dan aku hanya menceritakan apa yang baru saja terjadi. Mbak Nara sempat panik seperti kata ibu tapi aku menjelaskan bahwa Jason baik-baik saja sehingga membuat mbak Nara tenang.
"Gak papa kok mbak." Mbak Nara langsung masuk untuk mecari keberadaan anaknya. Memang benar kata ibu jika aku bukan seorang ibu jadi tidak tahu rasanya mengkhawatirkan seorang anak. Lihat saja mbak Nara yang langsung bertanya keadaan anaknya tanpa basa-basi terlebih dahulu. Hal itu membuktikan perkataan ibu memang benar bahwa aku bukan seorang ibu yang bisa mengkhawatirkan anaknya jika anaknya hilang.
Aku menutup pintu dan mengikuti mbak Nara masuk kedalam. Dari kejauhan aku melihat mbak Nara memeluk Jason dengan erat dan berulang kali mencium anaknya. Aku tidak tahu bagaimana perasaan mbak Nara saat ini walaupun kami sama-sama wanita. Tapi yang aku tahu dan terlihat olehku bahwa mbak Nara sangat mengkhawatirkan putra semata sayangnya itu. Aku kemudian berjalan mendekati ibu dan mbak Nara diruang tamu.
"Jason lain kali jangan bikin Oma dan mama El bingung dong. Kasihankan Oma sama mama El harus cari-cari Jason." Mbak Nara terus memeluk putranya yang kini sudah ada digendongannya. Namun Jason hanya diam saja dan justru memeluk erat mamanya.
"Sudah jangan dimarahi kasihan Jasonnya mbak." Aku mengelus kepala Jason yang wajahnya ditenggelamkan pada pundak mbak Nara.
"Maafin Jason ya El, bu. Pasti kalian sangat kerepotan."
"Enggak papa nak. Justru ibu mau minta maaf karena gak jagain Jason dengan baik. Untung saja Jason tidak kenapa-kenapa. Coba kalau sampai terjadi sesuatu pada Jason ibu gak ngerti harus bagaimana." Ibu terlihat sedih.
"Sudah bu jangan sedih lagi. Yang penting Jason gak kenapa-kenapa." Aku menghampiri ibu dan mengelus lengannya agar lebih tenang.
"Makasih ya El." Mbak Nara memegang tanganku dengan lembut.
Kini Jason telah tidur dipelukan mamanya. Dia mungkin sangat lelah karena bermain dengan ibu tadi. Ibu juga selalu disampingnya setelah kejadian tadi membuatnya tidak bisa tidur lagi.
"Ya sudah kalau gitu Nara pamit ya bu. Jason juga sudah tidur pasti dia capek." Mbak Nara mengelus kepala anaknya.
"Iya mbak." Aku dan mbak Nara berjalan menuju pintu keluar sedangkan ibu tidak ikut karena kakinya masih sakit akibat terbentur kursi saat mencari Jason tadi. Ibu juga baru sadar dan merasakan sakit pada kakinya belum lama ini. Memang Jason adalah obat bagi ibu sampai kakinya terluka saja tidak merasakan sakit.
"Ngomong-ngomong Hendra kemana ?" Tanya Nara yang memang sedari tadi tidak melihat sosok mas Hendra ada disini saat kami sudah berada diteras rumah.
"Mas Hendra ada kerjaan lembur mbak. Mungkin agak malam pulangnya." Jawabku yang telah membaca pesan mas Hendra tadi sore.
"Oh begitu. Kalau gitu salam aja buat Hendra dan makasih banget udah jagain anakku ya El." Mbak Nara berulang kali mengatakan maaf padaku membuatku tidak enak.
"Iya mbak sama-sama. Jangan kapok ya nitipin Jason kesini." Aku tersenyum kepada mbak Nara yang juga dibalas senyum olehnya.
"Gak lah El. Siapa lagi yang aku percaya selain kalian. Aku malah berterimakasih sekali kalian mau jagain anakku yang memang aktif ini." Mbak Nara tertawa.
"Enggak mbak. Justru Jason itu anak yang cerdas jadi nyenengin banget main sama dia." Kami tertawa bersama karena anak lucu ini. Tapi tawa kami membuat tidur Jason terusik sehingga dia merengek.
"Sepertinya kita tertawa terlalu kencang El." Mbak Nara memelankan suaranya yang aku balas dengan anggukan.
"Ya sudah aku pulang dulu ya. Kasihan juga supirku udah seharian ngantar kesana-kemari. Pasti dia juga capek banget dan pengen cepat istirahat." Mbak Nara memang baik pada semua orang.
"Iya mbak hati-hati dijalan."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Aku melambaikan tangan sampai mobil mbak Nara hilang dari pandanganku. Setalah itu aku masuk kedalam dan melihat ibu sedang duduk di depan tv dengan memijat kakinya yang terlihat sedikit memar.