"Kalian mau kemana ?" Tanya ibu pada El dan Hendra saat melihat mereka hendak pergi.
"Kami mau ke rumah Dika bu. Ada berkas yang harus diperiksa Dika." Hendra menunjukkan kertas tebal yang dia pegang.
"Jadi sekalian Hendra ajak El karena sudah lama kami tidak kesana bu." Hendra dan El tersenyum tapi raut wajah ibu sedih.
"Ibu kenapa ?" Tanya El yang melihat ekspresi wajah ibu.
"Kenapa kamu masih bekerja dihari libur seperti ini ?" Nada ibu bersedih.
"Gak kerja kok bu. Cuma ngantar kerjaan aja terus sisanya main bu." Hendra menjelaskan dengan lembut pada ibu.
"Sebenarnya ibu mau minta temanin El ke swalayan buat beli sesuatu. Tapi kalau kalian mau pergi berdua gak papa nanti ibu berangkat sendiri." El dan Hendra saling memandang.
"Gini aja deh. Gimana kalau kita bertiga berangkat ke swalayan dulu. Setelah itu kita pergi ke rumah Dika bareng-bareng. Ibu juga sudah lama gak ketemu Dika dan Sarah. Pasti mereka senang banget ibu ikut kesana."
"Iya bu benar kata mas Hendra."
"Yasudah ayo kita berangkat." Ibu begitu bersemangat untuk berkunjung ke rumah Dika.
"Baiklah ayo barangkat." Mereka bertiga berjalan namun pintu keluar namun langkah mereka terhenti karena ponsel Hendra berbunyi.
"Tunggu sebentar hand phone Hendra bunyi." Hendra merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya.
"Waalaikumsalam. Ada apa Dik ?" Telepon tersebut ternyata dari Dika.
"Kamu masih lama Hend ? Pak bos minta aku cek laporan itu dan kasih tahu apa saja yang harus diperbaiki." Jawab Dika yang mondar-mandir di rumahnya.
"Harus sekarang ?" El dan ibu memperhatikan Hendra yang sedang menerima telepon yang diketahui dari Dika.
"Iya Hend. Memang dadakan banget pak Bagas ngabarinnya."
"Lagian kenapa kamu tinggal udah tahu berkas penting. Jadi repotkan aku." Keluh Hendra dengan nada bercanda sedikit kesal.
"Maaf Hen kebiasaan." Dika nyengir yang tidak bisa dilihat oleh Hendra.
"Ok aku kesana sekarang. Iya waalaikumsalam." Hendra mengakhiri panggilannya.
"Kenapa mas ?" Tanya El pada suaminya.
"Kayaknya mas gak bisa ikut nemenin ibu ke swalayan dek. Soalnya Dika butuh banget berkas ini segera. Jadi ibu ditemani sama El aja gak papa ya. Lain kali kita atur waktu lagi biar kita bisa bareng-bareng ke rumah Dika." Hendra dengan sangat menyesal mengatakan hal ini.
"Ya udah kalau gitu biar El aja yang nemenin ibu. Mas Hendra langsung aja ke rumah mas Dika. Kasihan mas Dika kalau kelamaan nunggu." El mengelus lengan suaminya.
"Iya Hen lain kali kita jalan bertiga. Nanti kalau kamu sudah gak sibuk kita liburan sekalian ajak Jason dan Nara." El terlihat diam dan wajahnya berubah murung. El hanya menginginkan mereka bertiga saja berlibur tanpa ada orang lain. Tapi El tidak berani untuk mengungkapkan isi hatinya. Menyadari perubahan istrinya Hendra cepat mengubah topik pembicaraan.
"Oh iya sepertinya Hendra harus segera pergi ke rumah Dika." Hendra berjalan menuju pintu keluar yang diikuti El dibelakangnya.
"Jangan dimasukkan hati ya perkataan ibu dek." Ucap Hendra saat mereka berada di teras rumah.
"Enggaklah mas. El ngerti kok." El tersenyum dan menggenggam tangan suaminya.
"Mas berangkat ya. Assalamualaikum." El mencium tangannya suaminya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati dijalan mas."
"Iya sayang." Hendra mengacak rambut dan mencubit hudung istrinya sebelum masuk kedalam mobil.
Elisa melambaikan tangan kepada suaminya saat suaminya akan pergi meninggalkan rumah. Setelah mobil yang dikendarai suaminya menghilang dari pandangan Elisa masuk untuk menghampiri ibunya.
"Ibu sudah siap ?" Tanya El ketika sudah sampai didalam rumah.
"Sudah. Ayo kita pergi." Ibu membawa tas ditangannya dan sangat bersemangat pergi ke swalayan. Entah apa yang ingin ibu beli sehingga begitu bersemangat. El tersenyum melihat ibu mertuanya kemudian berjalan dibelakang ibu untuk menuju swalayan yang tidak begitu jauh dari rumah mereka.
******
Elisa Pov.
Aku mendorong troli dan berjalan dibelakang ibu untuk mengikuti ibu berbelanja. Sudah hampir tiga jam kami berputar-putar keliling swalayan yang lumayan besar ini. Swalayan yang mereka kunjungi ini cukup luas dan berlantai dua sehingga harus memiliki tenag ekstra untuk mengelilinginya.
Aku sangat lelah dan ingin sekali beristirahat namun ibu mertuaku seperti tidak kenal lelah dan tetap bersemangat. Kami memang sempat berhenti sebentar untuk mengisi perut. Tapi hanya sebatas makan saja dan setelah itu berkeliling lagi sampai aku benar-benar lelah. Yang paling membuat aku semakin lelah dan sedih adalah ternyata waktu hampir tiga jam ini dibuang untuk mencari barang-barang Jason.