JENDELA KACA

Meria Agustiana
Chapter #17

Enam belas

Elisa dan ibu terlihat sedang sibuk di dapur. Hendra juga terlihat membantu ibu dan El di dapur. Semua begitu sibuk karena hari ini mereka akan berkumpul dan makan bersama Nara dan keluarga Dika.

Ibu sibuk menyiapkan masakan dipiring, Hendra membantu mengambil peralatan makan dan Elisa membersihkan perabot yang sudah dipakai untuk memasak. Mereka bertiga bekerja sama untuk menyiapkan semuanya.

"Semua sudah selesai." Ibu mengangkat tangannya seperti chef yang tengah mengikuti kompetisi masak dan waktu penyajian masakan sudah habis. Ibu terlalu bersemangat kali ini karena tidak hanya Jason yang akan datang tapi juga si kembar anak Dika.

Sebelum Jason datang ibu kadang bermain dengan kembar. Nama anak Dika adalah Noval dan Novel. Tapi mereka tidak sesering Jason main ke rumah ibu karena Dika harus bekerja dan Sarah tidak bisa membawa Noval dan Novel sendirian untuk berkunjung ke rumah ibu. Lagipupa orang tua Sarah sama-sama berada di Jakarta jadi mereka lebih sering berkunjung kesana karena dijemput.

Berbeda dengan Nara yang seorang pemilik perusahaan yang kapan saja ingin bolos kerja tidak menjadi masalah. Dia juga memiliki supir untuk diminta mengantarkan kemanapun dia pergi termasuk ke rumah ibu. Posisi orang tua Nara yang ada diluar negeri dan keluarga yang ada di Surabaya membuat Nara netral untuk pergi kemana saja.

"Karena udah selesai ibu mau mandi dulu ya siap-siap." Ibu pamit untuk membersihkam diri sebelum tamu mereka datang. Ibu pergi meninggalkan Elisa dan Hendra yang masih berada di dapur.

"Mas Hendra siap-siap juga biar nanti pas mbak Nara atau mas Dika datang mas bisa langsung temani mereka." Elisa masih sibuk mencuci perabot yang kotor.

"Sebentar lagi dek. Mas masih pengen lihatin istri mas yang lagi sibuk." Hendra memandangi istrinya yang sedang sibuk dengan air dan sabun ditangannya.

"Orang lagi kerja kok dilihatin sih mas. Lagian El masih berantakan banget. Malu tau." El memang sangat berantakan karena terlalu sibuk di dapur dari setelah subuh sampai hampir siang jadi tidak sempat memperhatikan penampilanya.

Elisa hanya mengenakan baju selutut dengan lengan pendek bewarna abu-abu. Celemek merah yang menutup tubuhnya menjadi aksesoris tambahan yang dia kenakan di dapur. Rambutnya hanya diikat sederhana dan menyisakan sedikit rambut yang terurai. Meski begitu wajah Elisa tetap ayu dan kecantikannya tidak luntur meski berpakaian seadanya. Dia juga tidak berdandan tapi tetap cantik.

Mendengar ucapan Elisa membuat Hendra berdiri dan menghampiri istrinya yang fokus pada perabot kotor dihadapannya. Hendra melingkarkan kedua tangannya pada pinggang istrinya yang membuat istrinya itu kaget.

Tangan besar dan hangat itu memeluk El dengan tulus membuat El begitu nyaman meski dia tetap fokus pada pekerjaannya.

"Kamu itu istri mas yang paling cantik meski di dapur. Justru saat kamu di dapur cantiknya hambah banyak dek." Bisik Hendra ditelinga kanan El. Hendra memeluk El dari belakang tapi El tidak merasa terusik. Dia justru terus melakukan pekerjaannya tanpa menghiraukan suaminya.

"Udah mandi sana. Jangan gombal terus." El tetap melakukan pekerjaannya.

"Malah gak percaya. Mas gak gombal lo dek." Hendra meyakinkan El.

El mencuci tangannya untuk menghilangkan busa sabun kemudian melepaskan kedua tangan suaminya dari pinggangnya. El berbalik menghadap Hendra.

"Udah sana mandi." Pinta Elisa pada suaminya tapi tidak dipedulikan. Hendra tetap menatap istrinya dan sepertinya enggan untuk melangkah pergi.

"Udah sana mandi." Elisa membalikkan tubuh suaminya dan mendorongnya agar suaminya itu mandi dan tidak mengganggu kerjaannya di dapur atau semua perabot ini tidak akan bersih. Hendra lalu pergi untuk mandi sedangkan El kembali meneruskan pekerjaannya di dapur dengan senyum mengingat kelakuan suaminya yang seperti anak kecil harus dipaksa untuk mandi.

******

"Assalamualaikum." Suara salam terdengar dari luar.

"Waalaikumsalam." Ibu dan Hendra menghampiri tamu yang ternyata Dika dan Sarah menggandeng anak kembarnya.

"Oh... Sayang Oma udah gede." Ibu langsung berlutut dan memeluk Noval dan Novel bersamaan. Mereka tampak nyaman dipelukan ibu dan melingkarkan tangan mereka pada leher ibu. Hendra yang melihat hanya tersenyum bahagia.

"Kok sepi. Apa kami datang terlalu awal datangnya ?" Tanya Sarah yang celingukan memperhatikan sekitar yang terlihat sepi.

"Enggak kok. Ayo masuk." Ajak ibu saat sudah berdiri.

Belum sampai mereka masuk Nara datang bersama Jason.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Semua kompak menjawab salam dan menoleh pada sumber suara.

"Nara dan Jason." Ibu langsung memeluk Nara dan mencium Jason.

"Oh iya Sar. Kenalin ini Nara dan ini Jason." Hendra memperkenalkan Nara pada Sarah. Mereka berdua lalu berjabat tangan dan saling menyebut nama.

"Kamu belum pernah ketemu kan sama Nara."

"Ini istri Dika ya." Tanya Nara pada Hendra.

"Iya Ra." Jawab Hendra

"Hai Dika apa kabar ?" Nara dan Dika saling berjabat tangan.

"Alhamdulilah baik Ra. Kamu apa kabar ?" Tanya Dika pada Nara.

"Alhamdulilah aku baik juga Dik."

"Sudah ayo masuk dulu nanti kita lanjutkan didalam ngobrolnya." Ibu mengajak semuanya masuk dan langsung menuju taman belakang.

"Wah sudah pada datang." El menghampiri semua yang baru masuk.

"Tante El." Kembar berlari memeluk Elisa.

"Halo sayang." El berlutut mensejajarkan kembar.

"Tante El kangen banget sama kalian." El memeluk kembar dan kembar melingkarkan tangannya pada El dan memeluknya dengan erat.

Lihat selengkapnya