Riana memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam koper, memasukkan tas kosmetik dan perlengkapan mandi, setelah itu menutup dan menyimpannya di samping nakas. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Sena. Tak ada jawaban. Mungkin dia sudah tidur, pikir Riana. Penasaran, dia menghubungi kembali dua kali, lalu beralih ke nomor Bowo. Tetap tak ada jawaban. Mungkin... Riana menggeleng, mencoba menghilangkan pikiran yang melintas dan membuat dadanya sesak.
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya Bowo tidur lewat pukul sepuluh, tetapi kenapa teleponnya tidak diangkat?
Riana bimbang. Dia harus berangkat pukul dua pagi. Tidak mungkin dia meninggalkan kedua anaknya tanpa orang dewasa. Meski ada Bowo, Sena dan Ibu di paviliun, tetapi tentu tidak bisa mengawasi keadaan rumah utama.
Ah, coba dia membicarakan rencananya dengan Teh Ni dan memintanya menginap, mungkin sekarang dia tidak akan sebimbang ini. Toh Bowo tidak sedang di rumahnya, jadi Teh Ni tidak akan merasa sungkan.
Sayangnya, baru pukul setengah sembilan barusan, dia mendapat informasi bahwa masih ada stand kosong Pameran UMKM di Surabaya. Dua pekan lalu, saat dia mendaftar, stand sudah penuh. Meski panitia mengatakan akan menghubungi andai ada peserta yang mundur, Riana tidak berharap banyak. Pameran dengan skala nasional tentu banyak diminati. Wajar jika dia tidak bersiap apa-apa.
Dia mencoba menghubungi Sena lagi, tetap tidak ada jawaban. Riana mendesah. Sepertinya dia harus menemui Sena ke paviliun. Setelah menenangkan deburan hatinya yang tidak menentu, dia menutup pintu samping dan berjalan menuju paviliun.
Gorden sudah ditutup, tetapi dia bisa melihat ruang tengah masih terang. Artinya masih ada orang yang terjaga. Sayup-sayup juga terdengar suara televisi. Diketuknya pintu depan dua kali, tak ada jawaban.
Riana memutar ke samping, lalu mengetuk jendela ruang tengah. "Sena," panggilnya.
"Ya...." Terdengar suara dari dalam. Dugaannya benar, Sena belum tidur. Dia kembali ke depan dan menunggu dibukakan pintu. Tak lama terdengar suara kunci dibuka.
"Teh, masuk," Sena bergeser agar Riana bisa masuk.
"Di sini saja," ujar Riana dengan enggan. Rasanya aneh masuk ke rumah seseorang dan tahu bahwa ada suamimu di sana. "Aku mau minta tolong, pukul dua nanti aku mau berangkat ke Surabaya selama tiga hari, ada pameran. Bisa tolong jaga anak-anak?" tanya Riana.
"Pukul dua malam ini?" tanya Sena.
Riana mengangguk.
"Kalau begitu saya menginap di sana saja, kasian anak-anak kalau bangun tengah malam dan tidak ada siapa-siapa," usul Sena, "saya tidur di sofa atau di karpet saja," tambahnya saat melihat wajah Riana berubah.