JENENGKU SARTIKA

nonakwon
Chapter #4

#4 Mansion

Tiga jam perjalanan dari Jakarta. Aku pergi sendiri dengan beberapa bekal nasihat yang Sohien berikan padaku.

"Mereka orang baik. Sekarang jaman dikuasai oleh orang Nippon (Jepang)."

"Bangsa Asia Timur? Mereka sama sepertimu kan?" sahutku.

"Bukan. Kita beda mah!" Sohien tampak tak terima dengan ucapanku.

Sohien melanjutkan ucapannya, "Keluarga Tojo ini sudah lama di Indonesia. Mereka fasih bahasa kita. Jadi jangan risau. Mereka tak sama seperti tentara yang datang kemari. Meski begitu, kamu harus pandai-pandai jaga diri."

Diakhir penjelasannya, Sohien berharap aku mendapatkan kehidupan yang lebih layak dari yang ia berikan padaku.

Tapi tetap saja, aku khawatir dengan nasibku kedepan. Nasihat itu malah membuatku semakin gugup dan takut.

Sekarang aku tepat di halaman mansion bergaya Georgian yang letaknya berada di tengah-tengah kawasan hutan lindung.

Setelah melewati pagar dengan tingkat keamanan tinggi yang mengharuskanku diperiksa terlebih dulu sebelum masuk, aku kembali di buat terhenyak dengan megahnya mansion yang di kelilingi beberapa danau buatan penuh dengan ikan koi.

Belum hilang keterkejutanku, seorang wanita pertengahan abad melambai ke arahku dari depan pintu rumah. Ia berdiri dengan stelan kimono sambil membawa lentera minyak untuk menerangi tempatnya berdiri .

Aku langsung turun dari mobil dan menghampirinya yang tampak sudah sangat tidak sabaran melihatku dari dekat.

"Malam , saya Sartika yang - "

"Kau ikuti aku!" pintanya tanpa sedikitpun menoleh padaku. Ia berjalan sangat cepat padahal tubuhnya sudah setengah membungkuk.

"Panggil saja aku Sunyang," lanjutnya.

Aku mendengarkannya sambil tertatih membawa beberapa barang bawaanku. Bibi Sunyang benar-benar tak membiarkanku bertanya ataupun membantah sedikitpun.

Ia membawaku ke lorong-lorong gelap yang memang minim penerangan. Membuka beberapa pintu geser yang ku yakini adalah halaman belakang dari mansion yang dibangun campuran ala georgian dan Jepang ini.

"Sebelah kiri adalah dapur - "

Bibi menunjuk lorong gelap yang bahkan tak tampak jelas olehku.

Lihat selengkapnya