“Duh, kamu Faisal telat terus telat terus. Jam bimbingan kamu jadi terpotong, Ya udah setelah makan siang kamu temui saya lagi, soalnya sekarang saya ada kelas.”
“Iya bu, maaf…”
“Eitss, jangan lupa print out lembar persetujuan plus lembar pengesahan kamu, ibu mau lihat sebelum makan siang lembar-lembar tersebut sudah ada di meja saya.”
“Baik bu.”
Dosen pembimbing skripsiku menjauh dan meninggalkanku dengan tampak kesal di wajahnya. Tanpa berpikir panjang segera ku papah tasku menuruni tangga sambil merogoh kunci motor disaku celanaku. Saat itu kondisi parkiran sedang padat-padatnya, aku hanya bisa menunggu dari atas motorku untuk memanfaatkan peluang kosong di parkiran. Hampir 45 menit akhirnya kepadatan teruraikan dan segera aku tancap gas menuju percetakan langgananku.
“Woi bang, Selamat Pagi”
“Ah, pasti disuruh print out lembar pengesahan dan lembar persetujuan kan?”
“Nah, tuh abang tau. Gila sih intelnya di kampus sampe tau gini.”
“Siapa dulu Don Carlo.” Sambil tertawa.
Tak lama setelah kuparkirkan motor matic andalanku, capcus menuju printer yang sedang digunakan.
“Bang, printer ini ada yang pakai nggak bang?”
“Tunggu bentar, gantian sama kakak itu. Ki… dah selesai belum ngeprint-nya soalnya tuan muda percetakan ini mau pake juga.”
“Wah, ini nih yang aku suka. Pagi-pagi jadi tuan muda. Printer ini ada kendala nggak bang?”
“Ada, cuma perhatiin tintanya, soalnya suka banjir.”
“Sipp…”
Sambil menyetel MP3 Muse – Hysteria membuatku sedikit sibuk dengan pekerjaanku tanpa memperdulikan orang disekitarku.
“Sal, duduk dulu. Nih Floridina, kakak itu yang beli.”
“Sekejap bang, mau ngeburu-buruin ini dulu.”
“Buat apa sih bang, kok harus buru-buru?” tanya kakak tersebut pada ku.