Jepit Rambut Patah

wdya
Chapter #2

Papa Tidak Setuju

“Pokoknya Papa tetap tidak setuju kamu ambil jurusan itu!”

“Tapi Pa, Aku janji akan serius kok.” Debi masih tetap memohon-mohon pada Papanya.

Namun sepertinya sia-sia belaka. Ini tidak akan bisa membuat Papa luluh. Padahal Debi sangat menginginkannya. Menari adalah keinginnannya, menjadi penari adalah impiannya. Debi terus membujuk supaya Papa mengijinkannya mengambil jurusan seni menari.

“Pah,” suara Mama pelan. “Debi sepertinya bisa bertanggung jawab dengan pilihannya.”

“Aku tetap tidak setuju Mah, lihatlah! Mana ada kuliah mengambil jurusan yang tidak ada masa depannya itu? Lihatlah Aku? Aku bisa bekerja sekarang karena dulu aku mengambil jurusan Management.”

“Mama tau Pah, tapi Debi tidak bisa dipaksa terus. Anak itu punya pilihannya sendiri.” Mama berusaha memberi pembelaan kepada Debi.

Mama itu selalu tidak pernah memaksakan kemauan Debi, bahkan untuk urusan yang satu ini.

“Tidak!! Papa tetap tidak setuju!” Nada Papa meninggi lalu Papa pergi masuk kamar. Karena sudah kesal yang memuncak. Lebih juga karena omongan Mama tadi. Papa keras, namun kalau sudah dengar suara lembut Mama, Papa pasti menyudahi perdebatan. Meski ia tidak pernah merasa setuju dengan keputusan itu.

“Kamu yang sabar ya Deb, Mama tau kamu pingin banget jurusan itu,” ucapan Mama juga membuat Debi tidak merasa tegang lagi. Awalnya Debi sangat takut dengan Papanya kalau sudah marah besar, apalagi membantahnya. Tetapi ini kali apakah Debi bakalan menuruti kemauan Papa? Debi lari ke kamarnya yang terletak di lantai atas.

Sampai di kamar, Debi menangis sejadi-jadinya. “Aku ingin bisa menari…” ucapnya sambil sesengrukan memeluk bantal. Ia pun menyalakan laptop yang ada di meja kamarnya. Ia ingin menonton tarian-tarian yang dia sempat download di laptopnya. Tetapi ketukan pintu kamar menyadarkannya dan menyeka airmata yang mengalir sejak tadi.

“Deb, boleh Mama masuk Nak?” suara Mama sayup terdengar dari luar kamar. Debi beranjak membukakan pintu yang memang dia kunci tadi ketika memasuki kamar.

“Masuk Mah,” Debi mengajak Mama masuk setelah ia membukakan pintu. Dengan gontai kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya. Mama duduk perlahan di pinggiran tempat tidur.

Lihat selengkapnya