Jepit Rambut Patah

wdya
Chapter #4

Menonton Pentas Tari

“Mar, anterin gue dong,” ajak Debi.

“Ke mana Deb? Jalan-jalan? Ayo deh,” Suara Amara di seberang sana yang tengah ditelepon Debi.

“Bukan jalan-jalan,”

“Terus ke mana?” tanya Amara lagi.

“Nonton,”

“Nonton bioskop? Ya sudah. Mumpung hari libur juga,”

“Bukan nonton bioskop Mar,”

“Lah, lalu mau nonton apa Deb?”

“Ada pentas tari di gedung kesenian,”

Terdengar tarikan napas panjang Amara.

“Gue pikir nonton bioskop,” ujar Amara lemas.

“Semalam, gue baca iklannya di Media Sosial. Jadi, gue pingin perginya sama lo,”

“Iya, iya. Gue temenin.”

Thanks banget Mara, lo emang sobat gue yang paling de best lah” puji Debi. Pujian yang biasa Debi lontarkan pada saat sehabis mengajak Amara untuk menemaninya pergi, lalu Amara setuju juga.

Debi girang, lalu menutup obrolan ditelepon langsung dan bersiap-siap berganti pakaian. Semua itu butuh perjuangan buat merayu Amara untuk ikut menemaninya menonton pentas sanggar tari di gedung kesenian yang berlokasi di bilangan Jakarta Pusat itu.

Karena memang hanya Amara, satu-satunya yang bisa diandalkan. Kalau gak ada Amara, sebenarnya bisa saja Debi berangkat sendiri. Tapi, pasti taulah kalau pulang hingga larut dan Papa tau, bakalan berabe urusan.

Tetapi pentas tari ini Debi harus datang. Penarinya, semua professional. Mereka itu menari sambil membawakan drama. Dan itu yang Debi suka dan Debi tunggu-tunggu. Jarang-jarang acara seperti itu. Meski anak muda seumuran Debi pasti sedikit banget yang terlihat di sana. Karena, itu bukan acara pentas seni yang menampilkan dance-dance modern. Sebaliknya ini tarian-tarian tradisional. Mereka semua penari-penari pilihan. Debi sering memperhatikan di TV dan Sosial Media kalau mereka sudah beraksi dan mempertunjukkan tarian-tariannya sudah tidak diragukan lagi keapikannya.

Nanti, di sana tarian-tarian itu mengandung cerita yang dibawakan pemeran-pemerannya. Kebetulan yang Debi bakalan tonton adalah pewayangan, yang mana ada cerita yang disebut wayang wong atau yang lebih dikenal sebagai ‘wayang orang’. Debi sangat kagum dengan tokoh kesatria, Arjuna. Karena Debi melihat Arjuna itu sangat membawa kebaikan, dengan tarian dan gerakan gestur-gestur tubuhnya begitu tampak perkasa dan tampan rupawan. Itulah mengapa Debi sangat suka tarian itu. Juga merasakan ketampanan sang Arjuna. Seandainya ada seseorang seperti Arjuna di dunia nyata ini.

Lihat selengkapnya