Debi itu nama yang pasaran? Tapi Debi sebodo amat dengan omongan-omongan itu. Yang pasti ada yang bilang Debi special. Gak tau juga siapa yang bilang. Pokoknya menurut Debi ada yang punya penilaian seperti itu pastinya. Meski hanya beberapa saja. Bahkan ada yang terang-terangan katanya Debi itu ngeselin, Debi aneh, Debi cuek, Debi pendiam, Debi gak gaul. Dan sebagainya yang kebanyakan jelek-jeleknya. Semua Debi telan mentah-mentah saja. Sesuai dengan sifat dirinya yang tidak gampang perduli dengan hal-hal yang menurutnya tidak menarik hatinya.
Makanya Debi hanya diam dengan itu semua. Debi mengakui sangat. Bahkan Mama dan Papa harus sering menarik urat lehernya untuk menghadapi Debi. Debi susah sekali dikasih tau. Hatinya keras sekeras batu. Sampai harus mengambil jurusan menari ditentang Papanya, ia tetap kekeh tidak menuruti. Papa marah besar saat itu, karena Papa ingin Debi mengambil jurusan Akuntansi Management seperti Papanya dulu. Kemudian bekerja di kantoran.
“Heh, Deb! Ngapain kamu ngambil jurusan gak jelas gitu? Seni? Seni macam apa? Menari? Ya ampun Debiiii, masa depan apa yang bisa kamu dapat dari Menari?” teriakan Papa menggema di seluruh sudut ruang tamu. Debi hanya diam saja mendengar teriakan Papa itu.
"Sudah Pah, jangan memaksakan kehendak anak. Lihatlah, nanti dia malahan tertekan. Debi juga sudah mendaftar dan menjalani dengan baik.” Suara lembut Mama begitu ajaib bisa meluluhkan segalanya. Bahkan emosi Papa yang sedang meluap sekalipun. Sedangkan Debi masih tertunduk. Debi sangat tunduk pada orang tua, terutama Papa. Tetapi entah mengapa Debi tidak menurut ketika harus memilih jurusan yang akan dia ambil. Sejak SMU Debi sudah memikirkan akan mengambil bidang seni di bangku kuliah nanti, entah mengapa seni menari ini yang Debi ambil. Debi ingin menjadi seorang penari yang dapat menguasai berbagai gaya, teknik juga gerakan-gerakan yang indah. Debi kagum dengan penari-penari yang meliukkan tubuhnya dengan gemulai.