JERAT IBLIS

Eirene Rens
Chapter #2

BAB 2

Ningsih mememiliki suami Jin yang bernama Bima. Mereka masih sering berhubungan layaknya suami-istri. Meskipun Ningsih tak bisa melihat wujud Bima, dia tetap menikmati setiap rasa yang membuatnya puas. Entah mengapa, Ningsih mulai terbuai dengan semua kemudahan ini.

Bima menjanjikan harta, entah emas atau uang, setiap kali selesai mengunjungi Ningsih. Benar adanya, Bima menepati semua janjinya. Ningsih merasa puas dengan semua itu.

"Aku tidak perlu khawatir tentang keuangan. Lagi pula usahaku sudah dibuka dan hasilnya lumayan, walau hanya warung mie ayam dan jamur tetapi hasilnya luar biasa laris. Ditambah semua uang dan emas hasil berhubungan dengan Bima! Tak perlu lagi susah payah seperti dahulu." Ningsih bergumam pada dirinya sendiri sambil menatap cermin.

Makin hari, Ningsih terlihat semakin cantik. Terlebih ketiga pegawainya juga pintar bekerja. Ningsih tak perlu repot mengaturnya.

"Kalian bekerja dengan baik. Pertahankan dan tingkatkan ya. Aku akan memberi kenaikan gaji jika bulan ini omset tercapai," ucap Ningsih dengan mantab.

"Siap Bos!" jawab ketiga pegawai Ningsih bersamaan.

Dalam waktu yang cukup singkat, usaha Ningsih berkembang. Total pegawai yang Ningsih miliki tujuh orang dan tempat usaha Ningsih sudah lebih maju, dibentuk seperti restaurant.

***

 

Semua berjalan lancar sampai Wahyu berusia tiga tahun. Ningsih berjumpa dengan seseorang yang menawarkan membuka cabang dan memperluas usaha mie ayamnya. Nama lelaki itu Tomi, usia empat puluh tahunan dan orangnya baik sekali. Dia duda dan belum punya anak, dia bercerai karena istrinya selingkuh. Tomi tidak bisa memiliki keturunan, oleh sebab itu dia senang bermain dengan Wahyu. Hal ini membuat Ningsih bersimpati dengan Tomi.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Keakraban mereka semakin terasa. Hampir setiap hari Tomi mengunjungi Wahyu dan mengajak bermain. Hingga dia mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan hatinya.

 

"Dek Ningsih, maukah Adek menjadi pendamping Mas? Sudikah Adek menjadi istri mas? Serta Wahyu menjadi anak Mas?" ucap Tomi terlihat sangat mantab dan bersungguh-sungguh.

 

Belum sempat Ningsih menjawab, tiba-tiba terdengar suara Bima menggelegar,

 

"TERIMA SAJA NINGSIH. AKU BUTUH RAGANYA UNTUK BERSANDING DENGANMU."

Tentu hanya Ningsih yang bisa mendengar suara Bima.

 

Ningsih pun sangat galau. Bingung karena Tomi sangat baik padanya dan wahyu. Tetapi jika Ningsih menerimanya, sama saja dengan mengorbankannya.

Lihat selengkapnya