"Bu, ini saya, Ridwan. Maaf Bu, Bapak terkena serangan jantung sesampainya di Rumah Sakit Klaten. Dokter sudah menangani tetapi nyawa Bapak tidak tertolong. Saya dan pihak RS akan segera membawa pulang Bapak dengan mobil ambulance," kata Ridwan dengan suara sangat sedih.
Bagaikan tersambar petir mendengar kabar itu. Ningsih pun menangis dan menjatuhkan handphonenya. Rasanya sangat aneh didalam batinya.
'Mas Agus yang bertahun-tahun bersamaku dibanding dengan mas Tomi, benar-benar berbeda. Aku lebih merasakan kehilangan Mas Tomi.' Ningsih menangis, merasa perih di hatinya.
"NINGSIH! LUPAKAN MANUSIA ITU! KAU MILIKKU NINGSIH! JANGAN MENCINTAI MANUSIA LEMAH SEPERTI ITU! HAHAHAHAHA"
Suara Bima membuat tangis Ningsih berhenti. Antara benar atau tidak. Tetapi Bima lah yang membantu Ningsih keluar dari kemiskinan. Bagaimana mungkin Ningsih bisa membantah perkataan Bima.
'Jika aku tidak kaya, tidak perawatan, tidak punya usaha, tak mungkin mas Tomi mau denganku.' Pikiran Ningsih pun mulai merasa membenarkan Bima.
Ningsih pun teringat, setelah ini ada uang dan emas yang Bima beri di dalam almari. Berbeda dengan kematian Agus, uang itu ada di tudung saji karena Ningsih tidak memiliki lemari untuk menyembunyikan sesaji.
Ningsih pun bergegas menengok almari. BENAR! Sesaji menghilang dan almari itu penuh dengan uang lembaran serta emas. Ningsih sangat kaget ini jauh lebih banyak dari yang aku terima sebelumnya. Ningsih pun mengunci almari itu rapat-rapat dan mengantongi kuncinya.
Ningsih kembali sedih (berpura-pura) dan mengabari Mak Sri agar memanggil Pak RT, Pak Ustad dan warga sekitar karena jenazah Mas Tomi akan diantarkan ke rumah ini serta segera di makamkan.
Orang-orang berdatangan. Ningsih berusaha sesedih mungkin agar tak ada yang mencurigainya. Ratih pun datang karena berita lelayu sudah disiarkan. Tentu hanya Ratih yang tahu apa yang terjadi.
'Ah, pasti Ningsih mendapatkan harta banyak karena suami kedua meninggal. Bagus deh kalau dia sudah bisa berakting sedih juga.' Batin Ratih sambil tersenyum pada Ningsih bertanda dia tau ini karena Jin suami Ningsih.
Ratih memang menjanda 3x. Tetapi dia tidak menginginkan suami lagi sebab baginya sudah cukup bersuami Jin. Dia merasa bahwa suami manusia hanya akan menghambat kehidupan bersama kedua anaknya.
Suami pertama Ratih meninggal karena karena kecelakaan. Hampir mirip dengan Agus (suami pertama Ningsih). Suami pertama Ratih tidak bisa memberi kehidupan yang layak untuk Ratih dan kedua anaknya. Hal itu yang menyebabkan dia terjerumus ke dunia iblis.
Suami kedua Ratih, seorang petugas PLN. Menikah dan bertahan hidup hanya beberapa bulan saja. Lelaki itu meninggal tersengat listrik. Jelas ini karena Jin yang menjadi suami Ratih. Ratih membeli rumah mewah, mobil dan membangun sebuah kost-kostan di daerah Kota Yogyakarta. Ratih menjanda selama setahun hingga akhirnya bertemu dengan lelaki yang menjadi suami ketiganya.