Jerat Luka Di Lembah Duka

Tirabella
Chapter #2

Memori Itu Muncul

Kenangan masa lalu Ayunna yang traumatis kembali membanjiri, mengancam untuk menenggelamkannya dalam lautan keputusasaan. Dia hampir lupa betapa dalamnya rasa sakit yang dia rasakan, kegelapan yang begitu dalam yang telah melingkupinya begitu lama.

Namun, kehadiran Aksara yang kedua kalinya, membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, secercah harapan di tengah-tengah kesedihan. Dukungan dan pengertiannya yang tak tergoyahkan menjadi penyelamat, menariknya kembali dari jurang keputusasaan.

“Aksara,” bisiknya dengan suaranya bergetar.

“Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan tanpamu. Aku tak memiliki siapapun yang bisa kuajak cerita,” jelas Ayunna getir.

Aksara mengeratkan genggamannya pada tangan Ayunna, tatapannya penuh dengan kasih sayang.

“Kau tidak sendirian, Ayunna. Aku di sini untukmu, sekarang dan selalu,” tegas Aksara.

Kata-katanya adalah balsem bagi jiwanya yang terluka, sebuah melodi yang menenangkan yang meredakan rasa sakit di dalam hati Ayunna. Dia merasakan kelegaan menyelimuti dirinya, sebuah keringanan yang belum pernah dia rasakan selama bertahun-tahun.

“Tapi ... Aksara,” lanjutnya, suaranya nyaris berbisik.

“Mengapa kita harus kehilangan satu sama lain? Mengapa kita harus melalui begitu banyak penderitaan?” tanya wanita itu meminta jawaban pada Aksara.

Ekspresi Aksara melembut saat dia menggali masa lalu, menceritakan peristiwa yang menyebabkan perpisahan mereka. Dia bercerita tentang ancaman yang diterimanya dari Liffariel Douglas, mantan kekasih Ayunna, dan rasa takut yang memaksanya untuk menjauh dari kehidupan Ayunna

“Aku tidak ingin menempatkanmu dalam bahaya lagi, Ayunna,” jelas Aksara, suaranya tercampur dengan penyesalan.

“Aku takut jika aku tetap tinggal, Liffariel akan lebih menyakitimu,” sambungnya.

Ayunna mendengarkan dengan saksama, hatinya terasa berat untuk memahami. Dia menyadari bahwa Aksara telah mengambil keputusan yang sulit karena cinta, mengorbankan kebahagiaannya sendiri untuk melindunginya.

“Tapi aku membutuhkanmu, Aksara,” aku Ayunna, suaranya bergetar menahan haru.

“Aku membutuhkan kekuatanmu, cintamu, untuk membantuku melewati masa-masa sulit ini.” Dia menambahkan kembali. “Kau pergi di saat ...”

Mata Aksara menatap matanya, penuh dengan emosi yang dalam yang mencerminkan emosinya.

“Aku tahu itu berat untukmu, Ayunna,” kata Aksara menguatkan Ayunna, wanita tangguh yang dia lihat hari itu sangat memukau.

“Dan aku membutuhkanmu, Ayunna,” potongnya, suaranya penuh dengan ketulusan.

Lihat selengkapnya