Aksara menarik Ayunna ke dalam pelukannya. “Ayo, peluk aku. Biarkan aku bantu kau menenangkan diri,” sahutnya.
“Ak ... sara,” ucap Ayunna terbata-bata.
Ayunna memeluk Aksara erat, merasakan kehangatan dan kasih sayangnya. Aksara membelai rambutnya dengan lembut, menciumi kepalanya dengan penuh kasih sayang.
“Aku di sini untukmu, Ayunna. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu,” bisik Aksara lirih.
Saat Aksara berbicara, pikiran Ayunna melayang kembali ke masa-masa tergelap dalam hidupnya, saat ia diliputi keputusasaan dan hampir bunuh diri. Ia teringat akan rasa sakit yang luar biasa, rasa putus asa yang melandanya. Ia kembali melepaskan pelukan Aksara.
“Ayunna,” ucap Aksara meraih Ayunna.
Ayunna menatap Aksara dengan gelisah dan cemas. Dia takut dengan kenangan buruknya saat bersama Liffariel. Aksara menatapnya dengan penuh kasih sayang.
“Kau tak apa?” tanya Aksara lembut usai melihat reaksi Ayunna ketakutan.
Ayunna menggelengkan kepalanya, menenangkan hatinya saat dia teringat masa lalu. “Aku ... aku,” sahutnya. Dia melepaskan pelukan Aksara.
“Ada apa, Ayunna?” tanya Aksara penasaran mengapa Ayunna melepaskan pelukannya.
Ayunna mengalihkan tatapannya ke arah lain dan berkata penuh ragu, “aku merasa hancur, rusak tak bisa diperbaiki lagi.”
Aksara mengulurkan tangan dan menggenggam tangannya. “Kau tidak patah, Ayunna,” katanya.
“Kau hanya terluka. Dan lukamu akan sembuh, dengan waktu dan cinta,” sambung Aksara berusaha meyakinkan Ayunna untuk bisa sembuh.
Ayunna menatapnya, matanya dipenuhi keraguan. Dia kembali ragu untuk mempercayai Aksara, “benarkah?” tanya Ayunna.
Aksara tersenyum padanya. “Aku tahu mereka yang merendahkanmu pada akhirnya sadar,” katanya.
Aksara kembali menambahkan, “karena aku pernah melihatmu sembuh sebelumnya. Aku pernah melihatmu bangkit dari abu, lebih kuat dan lebih tangguh dari sebelumnya.”
Hati Ayunna berdebar-debar dengan secercah harapan. Mungkin Aksara benar. Mungkin dia bisa sembuh, mungkin dia bisa menemukan kebahagiaan lagi.
“Aku ingin sembuh,” bisiknya.
Ayunna kembali berucap, “aku ingin bahagia lagi. Aku tak ingin seperti ini. Aku takut melihatmu atau siapapun seperti orang yang hendak menyakitiku, Aksara.”