Ayunna mundur selangkah saat Aksara berusaha mendekapnya agar dia tenang. Tangisan Ayunna tidak bisa berhenti karena ketakutan dan trauma yang dia alami akhirnya menjadi luka di antara mereka berdua.
“Kau diapakan oleh Liffariel?” tanya Aksara serius.
"Pergi!" teriak Ayunna histeris.
"Ayunna ..." Aksara berusaha menenangkan wanita itu. Diraihnya wanita itu ke dalam pelukannya.
Ayunna melepaskan tangan Aksara dan mengusir pria itu dengan kasar. "Pergi!"
Ayunna masih ketakutan menatap Aksara seperti Liffariel. Dia tak sanggup mengatakan kebenaran masa lalunya yang kelam pada Aksara. Dia melihat Aksara sebagai Liffariel. Bayangan Liffariel menghantuinya. Tubuhnya merinding, ketakutan saat bayangan itu muncul.
"Ayunna ..." Aksara memeluk erat Ayunna. "Dengarkan aku."
“Lepaskan aku, Aksara!” teriak Ayunna, suaranya bergetar.
"Ya Tuhan ..." Aksara berbisik dalam hati. "Apa yang terjadi pada Ayunna? Mengapa dia ..."
Aksara terdiam, hatinya perih melihat Ayunna dalam keadaan seperti itu. Dia ingin memeluknya, menenangkannya, dan membantunya melewati masa sulit ini. Tapi, traumanya membuat Ayunna menolak sentuhannya, melihatnya sebagai ancaman.
“Ayunna ... dengarkan aku,” Aksara berkata dengan lembut.
“Pergi!” teriak Ayunna ketakutan.
Aksara menjawab dengan tegas, “aku Aksara, pria yang selalu mencintaimu sejak dulu.”
Suara Aksara meninggi untuk menyadarkan trauma Ayunna. "Aku ... bukan ... Liffariel!"
Ayunna menggelengkan kepalanya, air matanya mengalir semakin deras. “Bohong! Kau sama seperti Liffariel! Kau ingin menyakitiku!”
Aksara menghela napas panjang, hatinya dipenuhi rasa sakit dan frustrasi. Dia ingin membantu Ayunna sembuh dari traumanya, tapi dia tak tahu bagaimana caranya.
“Ayunna, tolong dengarkan aku,” Aksara memohon. “Aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku di sini untuk melindungimu dan membantumu.”
Ayunna berteriak, “Pergi! Tinggalkan aku!”
Aksara terluka melihat penolakan Ayunna. Dia melangkah mundur, hatinya dipenuhi rasa sakit dan kebingungan.