Jerat Luka Di Lembah Duka

Tirabella
Chapter #6

Antara Cinta Dan Bayangan Masa Lalu

Beberapa saat kemudian, Ayunna perlahan-lahan membuka matanya. Dia melihat Aksara yang duduk di sampingnya dengan wajah khawatir.

“Ayunna, kau sudah sadar?” tanya Aksara dengan lega.

Ayunna mengangguk pelan. Kepalanya masih terasa pusing dan badannya terasa lemas.

“Maafkan aku, Ayunna,” kata Aksara. “Aku tidak bermaksud membuatmu pingsan.”

Ayunna menggelengkan kepalanya. “Bukan salahmu,” bisiknya. “Hanya saja ... aku masih trauma dengan masa laluku.”

Aksara menatap Ayunna dengan penuh pengertian. “Aku tahu,” katanya. “Aku tahu traumamu ini butuh penanganan tepat. Beri aku kesempatan untuk terapi dirimu, Ayunna. Aku bukanlah Liffariel,” kata Aksara menyentuh dagu Ayunna lembut.

Ayunna masih menangis. “Tapi ... bagaimana bisa?” bisiknya. “Aku takut.”

“Aku tahu kau takut,” kata Aksara. “Tapi percayalah padaku, Ayunna. Aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku di sini untuk melindungimu dan membantumu sembuh.”

Ayunna ragu untuk menatap Aksara. Gairah itu memang ada, tapi dia juga takut karena kesuciannya sudah terenggut paksa oleh Liffariel. Takut akan penolakan, takut akan luka hati, takut akan masa depan yang tidak pasti.

“Lihat aku!” ucap Aksara, meminta Ayunna untuk menatap dirinya. "Apakah aku kasar saat berbuat hal intim denganmu tadi?" tanyanya. Dia berusaha meyakinkan Ayunna bahwa dia bukanlah pria bajingan seperti Liffariel, mantan Ayunna. "Aku adalah Aksara-mu. Aku menunggu cintamu selama 14 tahun ini."

Ayunna perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan menatap Aksara. Matanya berkaca-kaca.

“Aksara.” Dia mulai berbicara, suaranya bergetar, “aku ... aku kotor.”

Aksara berusaha memahami kondisi Ayunna yang shock saat itu. "Liffariel-lah bajingan. Aku akan mencari dia sampai ketemu, Ayunna." Diusapnya air mata Ayunna dengan sangat lembut.

“Kau tidak kotor,” kata Aksara tegas. “Kau adalah berlianku yang berharga. Aku tahu kau mencintaiku, sama halnya aku mencintaimu sangat lama.”

“Aku ... Aku sudah sangat kotor,” bisik Ayunna getir, ia berusaha menghilangkan memori buruknya demi mencintai Aksara. Aksara menunggu Ayunna yang hendak melanjutkan perkataannya. “Aku ... aku juga mencintaimu, Aksara. Tapi ...”

Hati Ayunna berdebar kencang ketika dia menatap Aksara dengan genangan air matanya. Hatinya sangat sesak saat mengingat memori buruk yang membuat dia tak sanggup melewatinya.

Lihat selengkapnya