Jerat Luka Di Lembah Duka

Tirabella
Chapter #18

Cahaya Di Ujung Terowongan

Ayunna duduk di tepi ranjang, sebotol obat penenang tergenggam erat di tangannya. Mata merahnya menatap kosong ke depan. Aksara berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat pasi.

“Ayunna ... jangan lakukan ini.” Aksara berusaha menenangkan dan berusaha merebut botol sisa obat penenang tersebut.

Ayunna tidak merespons, dia hanya menunduk, air mata mengalir deras. Dengan langkah ragu, Aksara mendekat. “Kumohon, dengarkan aku. Ada jalan lain. Kita bisa mencari jalan keluar bersama,” kata Aksara.

Ayunna mengangkat wajahnya, tatapannya kosong dan penuh kepedihan. Dia berkata lirih, “Aksara … sudah terlambat, Aksara. Aku lelah.”

Ayunna membuka botol obat dan mulai menenggak pil-pil itu satu persatu. Aksara berlari mendekat, berusaha merebut botol tersebut.

“Tidak! Ayunna, kumohon berhenti!” Aksara mencoba menghentikan Ayunna yang nekat.

Terjadi perebutan yang singkat, namun cukup untuk membuat Ayunna terhuyung ke belakang. Botol obat terjatuh dan pecah. Beberapa pil berserakan di lantai. Ayunna tertawa getir. “Terlambat ...”

Ayunna berusaha bangkit, namun tubuhnya lemas. Dia jatuh ke lantai, obat-obatan berserakan di sekelilingnya.

“Ayunna! Ayunna!” teriak Aksara panik melihat Ayunna yang sudah menenggak obat cukup banyak. Aksara segera menggendong Ayunna yang sudah tidak sadarkan diri.

Ayunna masih setengah terpejam dan sayu menatap Aksara.Aksara memeluk Ayunna erat-erat. “Tidak! Jangan bilang seperti itu,” isaknya. “Aku di sini untukmu, Ayunna. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Ayunna lelah dengan hidupnya. Dia sudah lemas karena sudahmenenggak beberapa butir obat penenang. “Ak ... sa ... ra ...” Dia berbisik lirih.

Aksara memeluk Ayunna erat-erat, tubuh gadis itu terasa semakin dingin. Air mata membasahi pipinya, jatuh membaur dengan air mata Ayunna yang mengalir deras. “Ayunna,” isaknya. “Aku di sini untukmu, Ayunna.”

Ayunna berusaha membuka matanya, namun terasa berat. Suara Aksara terdengar samar-samar, seperti berasal dari jauh. “Ak ... sa ... ra ...” lirihnya, sebelum akhirnya terdiam.

Aksara panik. Dia mengguncang tubuh Ayunna, memanggil-manggil namanya dengan suara terbata-bata. “Ayunna, bangun! Jangan tinggalkan aku!”

Detak jantung Aksara berpacu kencang. Dia ingat betul apa yang terjadi beberapa saat lalu. Ayunna, dalam keputusasaan yang mendalam, telah menenggak beberapa butir obat penenang. Obat-obatan itu seharusnya sudah habis, tapi entah dari mana Ayunna mendapatkannya lagi.

Lihat selengkapnya