Jeremba Asmaraloka

Mutiah Anggerini
Chapter #22

#22 SESAK DI DADA

Serangan sesak napas hari ini adalah yang paling terparah karena Ana merasa menambah beban bagi Andin, ibunya. Sesak napas mulai Ana derita sejak kecil, hilang sementara dan muncul kembali saat Ana menetap dan tidak kembali lagi ke pondok pesantren. RS yang dulu bilang bahwa Ana terkena asma. Dan mereka menyarankan Ana untuk ikut terapi nebulizer yang entah Ana memikirkannya macam-macam. Itu terapi apa ya?

“Hah, asma? Yakin? Apa dari lima bersaudara hanya aku yang menderita asma seperti ayah,” batin Ana bertanya

Dan ternyata itu adalah sejenis terapi inhalasi yang menggunakan metode uap air yang dicampur dengan obat-obatan ... Ana melakukan hal itu kurang lebih selama empat bulan dan dibarengi dengan inhaler tipe pelega. Hanya saja dokter menyarankan untuk di pakai saat sesak.

Serangan sesak pertama setelah sekian waktu lulus dari SD terjadi.

Semua lancar saat Ana masih di pondok pesantren, entah karena apa. Ana ingat teringat, saat itu hujan sedang derasnya. Ana berada di rumah. Udara cukup dingin. Ana sekeluarga sedang duduk di lantai, berbincang dan ketawa sana sini, bercerita tentang hal-hal kecil bersama Andin dan adik-adiknya. Dimomen seperti itu, tiba-tiba dada Ana terasa seperti terimpit. 

“Ya Allah, Bu. dada Ana sesak,” keluh Ana.

Dan akhirnya perbincangan pun terpecah menjadi kepanikan.

Lihat selengkapnya