Jeritan Hati Riana, Sang Wanita Simpanan

Bian
Chapter #2

Part 1. Cinta Terlarang dengan Tetangga

Perkenalkan, namaku Riana. Aku seorang gadis berusia 26 tahun.

aku hidup di sebuah pedesaan di provinsi jawa tengah.

Pekerjaan sehari hariku adalah berdagang warung di sebuah tempat wisata. Desaku memang dekat dengan area wisata yang ternama di provinsi ku. Aku berjualan makanan, minuman dan oleh oleh disana. Aku hidup bersama ibuku, ia menjadi janda sejak aku masuk TK. Hal ini terjadi karena ayahku meninggal dunia setelah kecelakaan di depan pabrik tempat ia bekerja.

Awal mula permasalahan ini terjadi saat aku menjalin asmara dengan pria bernama Heru. Ia adalah tetangga ku sendiri. Hal ini lah yang membuat aku disebut PELAKOR selama satu tahun ini. 

Tapi tunggu dulu...

Jangan marah dan judge aku dulu. 

ada kisah dibalik semua masalah ini. 

Aku dan Mas Heru sudah berpacaran sejak aku berusia 20 tahun, saat itu aku masih kuliah s1 di kota dekat kecamatan ku. Tetapi saat ini aku sudah tidak bisa mendapatkan gelar s1, karena aku putus kuliah. Ibuku tidak bisa membiayai kuliahku lagi. sehingga aku hanya berhenti sebagai pedagang warung. Mas Heru berbeda 3 tahun umurnya dengan ku. Ia saat itu 23 tahun. Mas Heru bekerja sebagai pegawai bank di kota, tetapi karena ia anak tunggal, jadi ia selalu pulang pergi kota-desa tiap hari.

biar aku deskripsi kan fisiknya. Ia tinggi, berotot, kulit sawo matang, dan termasuk pria cool yang tidak banyak bicara tetapi ramah.

Dulu ia selalu menjadi pembicaraan orang karena kecerdasannya dalam ilmu akuntansi. Pernah ia menjuarai olimpiade saat SMA dalam bidang ekonomi.

Dan ia bisa berkuliah di universitas negri. Siapa yang tidak jatuh hati.

Aku pun terpacu untuk sekolah dengan maksimal karena dia juga.

Awalnya kami dekat karena tergabung dalam panitia 17an desa. Mas Heru dan aku sama sama dalam bidang pencarian dana. Dan semenjak itu kami makin akrab, dan ternyata mas Heru jatuh cinta padaku.

Kami menjalani percintaan selama 4 tahun, dari aku masih kuliah hingga aku berumur 24 tahun, dan ia 27 tahun.

Kami pun mulai berkomitmen untuk menjalin hubungan lebih serius, di jenjang pernikahan. Tetapi entah mengapa, saat kami mencoba membicarakan hal ini dengan orang tua mas Heru, mereka sepertinya tidak cocok dengan ku.

"Mosok mau dapet tetangga sendiri sih, Her.."

"Ibu gak mau ah kamu dapet tetangga.. PEKNGGO.. Ngepek Tonggo..!"

itulah pernyataan yang ku dengar saat ibu dan bapaknya berdiskusi di kamar nya, saat aku disana. Mungkin mereka pikir aku tidak dengar atau mungkin mereka sengaja menyindirku.

"Bu.. pak.. tapi Heru udah cocok sama Riana..", ungkapnya

"Her.. kamu itu anak satu satunya bapak, nyari jodoh ya diliat bibit bebet bobotnya. Selama ini bapak sudah wanti wanti kamu, kamu tetap ngeyel. Hingga sekarang sudah jalan 4 tahun, bapak tetap gak bisa nerima dia nak..", jawab bapak Mas heru.

Sebenarnya aku sudah tahu kalau mereka tidak setuju bila aku berpacaran dengan mas heru. Alasannya ya itu, aku tetangga mereka, aku bukan orang terpandang seperti mas heru dimana ayahnya adalah pegawai BUMN yang kaya, sedangkan aku hanya anak janda petani, tidak bisa kuliah, dan jualan warungan saja. Selain itu, kata tetangga lain, ibuku pernah ada cek cok dengan keluarga itu perihal arisan RT yang uang nya tak jelas dimana.. 

Tapi kami nekat menjalani. Kami percaya bahwa cinta bisa meluluhkan masalah ini. 

tepat malam sebelum idhul adha di usiaku yang ke 24 tahun, Aku dipanggil oleh orang tua mas heru. Kupikir jawaban doa dan harapanku terjawab hari ini.

"Nak Riana, kamu ini sudah seperti anak kami, rumah kita bersebelahan, hanya jarak 1 rumah saja. Kita juga saling tolong menolong sebagai tetangga. Tetapi nak, mohon maaf sekali, sepertinya hubungan kamu dan heru tidak bisa jalan lebih lama..", ungkap bapak mas heru.

Aku hanya diam. tetapi air mata menetes. Mas heru pucat pasi, dan menatapku.

Lihat selengkapnya