Jeritan Hati Riana, Sang Wanita Simpanan

Bian
Chapter #6

Part 5. Manisnya Barang Curian

Di tengah malam yang sunyi, disaat semua orang menikmati tidur lelapnya. Aku masih saja sibuk membersihkan rumahku. Akhir – akhir ini aku tidak bisa tidur dengan tenang dan selalu tidur larut malam. Semenjak Siska istri Mas Heru menemuiku di warung, banyak teror yang kuterima setiap harinya. Teror yang kuterima hari ini cukup merepotkan sekali. Sore tadi aku sengaja pulang lebih awal untuk melihat siapa yang sebenarnya meletakkan sampah ataupun bangkai di rumahku.

Sesampainya di rumah, tidak kutemukan bangkai atau sampah, tetapi sekitar pukul 18.00 WIB, sudah tergeletak bangkai ayam dan sampah rumah tangga tertuang di pintu masuk saat aku sedang sholat maghrib. Air selokan berwarna hitam dan kotoran berbau juga tertuang di lantai depan pintu masuk rumah. Sungguh menjijikkan. Tidak ada bunyi langkah kaki ataupun suara orang berbicara, tetapi sampah itu sudah tergeletak disana. Memang harus sabar menghadapi semua cobaan ini.

Jam menunjukkan pukul 01.30 WIB. Aku telah selesai mandi, dan bersiap untuk beristirahat. Aku membuka handphone ku dan kulihat Mas Heru mengirimkan sebuah pesan whatsapp sejak tadi malam. Aku mulai membaca kata demi kata pesan dari Mas Heru. Inilah isi pesan dari Mas Heru:

Malam sayangku Riana, sudah makan belum? Dek Riana, besok selasa Mas mau ke Jogja selama 2 hari. Kamu mau tidak ikut sama mas. Semua mas yang tanggung. Kalau Dek Riana mau, Dek Ri siap siap pakaian ya. Tidak perlu banyak-banyak. Nanti Mas belikan baru buat kamu disana.

Seketika lelah seharian menghadapi teror dari istri sah Mas Heru menghilang bagai uap. Mas Heru benar-benar mencintaiku dan lebih mengutamakanku daripada istri sahnya.

Memang ini salah, tapi aku memang berhak mendapatkan semua ini. Akulah cinta pertamanya, yang memperhatikannya, memasakkannya, dan selalu ada buat Mas Heru. Beda dengan istrinya, yang hanya sibuk kerja, ngekos di kota, dan pulang hanya minggu saja. Jujur, semenjak aku merawat ayah Mas Heru di rumah sakit, mas Heru menjadi lebih perhatian padaku. Bahkan kami sudah melakukan dosa termanis kembali seperti waktu Mas Heru menemaniku di warung waktu belum ketahuan oleh ibunya.

Seminggu lalu tepatnya, saat itu ayah dan ibu Mas Heru sedang pergi ke luar kota. Siang-siang sekitar jam 12 siang, Mas Heru diam-diam datang ke rumahku. Tidak ada satupun orang yang tahu. Kami berdua bermesraan seperti waktu dia belum menikah, dan kami melakukan dosa termanis itu kembali.

Lihat selengkapnya