Jeritan Hati Riana, Sang Wanita Simpanan

Bian
Chapter #8

Part 7. Berbagi Asmara

"Telah lama sudah bersama,

Bercinta berbagi asmara, namun kau tak datang tinggalkan dirinya untukku.

Telah kuputuskan tuk menjauh. Karena tak mungkin trus bersama,

Perpisahan jua lebih baik adanya..."

Itulah lirik dari lagu yang Riana dengarkan sore itu. Ia duduk di depan warungnya yang sepi sambil mendengarkan musik dari handphone baru yang Heru berikan untuknya. Lagu yang berjudul aku baik baik saja, sangat pas dan sesuai dengan kisah hidupnya. Tidak seperti pendengar musik pada umumnya, Riana malah lebih menghayati dan tersentuh dengan kata-kata yang tersurat pada lirik lagu tersebut. Kedua matanya mulai berkaca-kaca sambil menikmati lagu tersebut. "huh, lagu ini membuatku memikirkan kenyataan hidupku ini", ujarnya. Pertanyaan yang selalu terulang dipikirannya, sampai kapan aku berbagi cinta dengan Heru. Apalagi bila kelak ia benar-benar menjadi istri kedua, seperti yang ditakutkan nya. "Benar-benar seperti drama dalam sinetron televisi ini kalau terjadi", gumamnya.

Ia menyeruput teh hangat yang sudah ia buat dan kembali memandangi tempat wisata yang mulai sepi karena hari sudah sore. Langit keemasan dengan corak kuning dan kemerahan, udara panas yang bercampur dengan angin malam yang mulai berhembus, membuat sore hari itu menjadi semakin syahdu untuk dinikmati. Ia kembali mengingat bagaimana kisah hidupnya yang telah lalu. Kebahagiaan masa kecilnya bersama ayah dan ibundanya. Hidup dengan kecukupan dan tidak banyak masalah. Ayahnya meninggalkan Riana dan berpulang kepada Allah saat Riana masih TK. Semenjak itulah perjuangan hidup Riana dan ibunya dimulai untuk melanjutkan hidup. Bahkan untuk melanjutkan kuliah saja Riana tidak mampu. Tetapi ada satu kebahagiaan yang ia dapatkan dibalik kesusahan yang ia alami, yaitu Heru.

Heru menjadi pengobat lara hati dalam kesedihan hidup Riana sejak kecil. Heru dengan segala kesempurnaannya menjadikan secercah harapan untuk Riana tetap bertahan hingga saat ini. Riana mengakui bahwa Heru lah satu-satunya pria yang ia cintai. Semenjak Heru menikah dengan Siska, Riana tidak pernah menjalin asmara dengan pria lain. Bahkan ia rela menjalani hubungan rahasia dengan Heru, karena hanya dialah cinta pertama dan sejati bagi Riana. Apakah Yang Maha Kuasa akan mendengarkan tangisan dan doa Riana hingga saat ini? Tapi bagaimana dengan Siska, apakah Tuhan adil bila Riana menjadi istri kedua Heru? Dan, adilkah bila Siska harus pergi menghancurkan pernikahannya yang nampak sempurna hasil dari perjodohan orang tua Heru? Tanda tanya besar bagi hidup Riana hingga membuatnya nampak murung, sedih dan sering menangis tanpa alasan.

Langit mulai menghapus warna terangnya, angin dari timur berhembus, burung-burung mulai berterbangan kembali ke sarangnya, tanda bahwa sang malam mulai menguasai waktu. Riana menutup warungnya, ia masuk ke warung dan memutuskan untuk tidak pulang ke rumahnya. Sudah tiga hari Riana tidak pulang. Ia merasa malas dan bosan dengan terror di rumahnya dari istri sah Heru. Tetapi ia juga merasa bahwa tiga hari semenjak ia pergi dengan Heru, tidak ada satupun terror yang ia terima di warung. Mungkin terror itu mendarat di rumah Riana, atau mungkin saja rumah Riana sudah nampak seperti Bantar Gebang tempat pembuangan akhir dari sampah sampah. Ia benar-benar lelah dan tidak mau pulang ke rumahnya.

Tiga hari itu juga Riana tidak menghubungi Heru. Ia benar-benar tidak berkomunikasi, tidak bertemu dan menjauhkan diri dari lingkungan Heru. Ia rindu, tetapi rasa takut dan kawatir akan pernyataan Heru waktu di Yogya malam itu lebih besar daripada rindunya. Ia benar-benar merasa kecewa dan tidak terima bila ia harus menjadi istri kedua, dan berbagi suami dengan Siska yang telah menjahatinya beberapa minggu ini. Ia mengambil wudhu, dan memakai mukena bersiap untuk sholat maghrib. "Aku memang dicap sebagai pelakor, aku memang wanita simpanan, aku berzina dengan Heru, tapi apakah aku tidak berhak beribadah kepada Sang Pencipta? Aku akan tetap beribadah dan memohon keadilan kepadaNya", angannya.

Lihat selengkapnya