Jika Aku Di Pelukmu

Miss Anonimity
Chapter #2

Chapter 2 : Murid Baru Yang Mempesona

Fonix POV


"Kepada Para Penumpang yang terhormat, kita akan Tiba di bandara dalam waktu 30 menit, diharapkan tidak ada barang yang tertinggal, ketika meninggalkan pesawat, sekian terima kasih."


Huft—Semuanya dimulai lagi Untuku. Setelah kehidupan menyedihkan yang sudah kuhapus di jepang. Kini aku harus memulai semuanya lagi di Negara ini. Fonix Alverio Tantra, Itu adalah namaku. Umurku mungkin bisa di bilang sangat muda, Tapi kehidupan yang kujalani membuatku harus dewasa lebih cepat. Aku adalah seorang putra tunggal dari keluarga Tantra. Ayahku adalah seorang pemimpin Yakuza yang paling di segani di jepang. Bisa kalian bayangkan? Kehidupan ku seperti apa? Sejak kecil aku sudah di didik Untuk menjadi seseorang yang kuat. Saking kerasnya didikan ayahku, aku bahkan tidak sempat Untuk menjalani masa remajaku seperti kebanyakan orang. Aku bahkan Tidak tau arti dari remaja yang sebenarnya. Remaja yang kutau, adalah masa dimana Sebuah rasa yang di sebut 'jatuh cinta' itu tumbuh.


Aku Tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, Bukan berarti aku tidak normal. Wajahku sangat tampan jika kalian bisa melihatnya. Tapi tidak ada satupun Gadis yang mau jadi pacarku. Alasannya—adalah karena mereka takut dengan orang tuaku. Setiap hari aku selalu merasa seperti di 'untit'. Di awasi, dan itu membuatku benar-benar tidak nyaman. Setelah muak dengan Hal itu, Aku memutuskan Untuk kabur sendiri ke negara yang orang Bilang adalah 'Land of a thousand islands ( Negeri seribu pulau )'. Dengan uang yang sudah ku tabung tanpa sepengetahuan orang tuaku, Aku bertekad untuk memulai semuanya di sini.


Bruumm


Ckit


Yah, negara ini ku akui sangat indah. Meski Mungkin sangat macet. Seperti saat ini, Aku harus rela menunggu di dalam 'taxi' sampai jalanan kembali lancar. Tidak masalah untuku, Aku adalah orang dengan kepribadian 'introvert' yang Tinggi. Menunggu seperti ini bukan Hal yang membosankan. Aku sedikit melirik pada suasana Ibu kota yang begitu ramai. Tidak Heran karena ini Adalah hari tersibuk di setiap kota di negara manapun. Ketika menunggu di dalam mobil seperti ini, Aku selalu suka menyandarkan kepalaku di kaca jendela. Menilai dalam diam, suasana kota yang riuh rendah. menggema serta berseliwer setiap kendaraan.


"Masnya Bukan Orang Kota Jakarta ya?" Tanya si supir taxi tiba tiba. Mungkin karena takut penumpangnya bosan, si supir taxi berinisiatif Untuk mengobrol. Meski, aku sendiri tidak terlalu nyaman mengobrol seperti ini.


"Iya" Jawabku singkat.


"Masnya pasti dari jepang ya?" Aku mengerutkan kening. Dari mana supir taxi ini tau? Apakah karena wajahku yang terlihat lebih ke jepang- jepangan?


"Darimana bapak tau?" Tanyaku memastikan.


"Soalnya, Muka masnya ganteng banget, kayak orang jepang gitu." Ucap si supir taxi.


Aku hanya mengacuhkan ocehan si supir taxi dan menjawab sekenanya saja.


Jalanan terlihat lancar kembali, setelah menunggu kurang lebih selama setengah jam. Taxi yang ku tumpangi Tiba di sebuah apartemen mewah, di daerah Elit. Setelah membayar taxi, Aku masuk kedalam Untuk menemui Om Agra. Sebenarnya di Negara ini, Aku mengenal seseorang Pengusaha kaya bernama Agra Wijaya, orang yang menjadi sahabat ayahku. Tapi sifatnya sangat bertolak belakang dari ayahku. Jika ayahku adalah orang yang keras dan Tidak menerima Toleransi, lain Halnya dengan sahabat ayahku ini. Dia orang yang sangat lembut dan hangat. Dia juga yang menjadi tempatku untuk berkeluh kesah ketika Aku benar benar tertekan dengan semuanya. Dan dia Juga yang membantuku Untuk kabur dari jepang, tanpa sepengetahuan ayahku.


"Atas nama Fonix Alverio Tantra?" Tanya petugas resepsionis.


"Benar" Ucapku.


"Silahkan, ini kunci unit anda." Ucapnya, memberikan sebuah kunci yang menjadi kamar Unit yang sudah di beli oleh Om Agra. Aku menekan tombol lantai di Lift, beruntungnya di dalam lift tidak Ada siapapun. Jadi aku Tidak harus terganggu. Saat pintu lift Hampir tertutup, seorang pria yang seumuran dengan ayahku, tiba tiba berlari ke arahku. Bisa ku tebak kalau orang itu meminta untuk masuk. Aku menekan tombol lift dengan segera. Pintu lift kembali terbuka dan pria itupun berhasil masuk dengan terengah engah.


"Huft, makasih ya" Ucap pria itu.


"Sama-sama om." Ucapku.


"Kamu Bukan orang Sini?" Tanya pria itu lagi.


"Iya, saya baru datang dari jepang." Ucapku.


"Oh, orang jepang. Tapi logat bahasa kamu lancar banget ya"


"Saya sudah terbiasa dengan bahasa negara ini."


"Oh, kamu sekolah dimana?"


"Academy 48" Ucapku. Biasanya aku tidak terlalu nyaman mengobrol panjang lebar seperti ini. Tapi mungkin karena Aura pria di sampingku ini membuatku nyaman, Aku tidak keberatan Untuk menemaninya mengobrol.


"Wah, putri saya juga sekolah di sana. Dan juga kalian sepertinya seumuran. Mungkin nanti Bisa jadi teman."

Lihat selengkapnya