Jika Berteduh Namun Tetap Basah

Juu Ajisastro
Chapter #2

Cinta, Obat Atau Luka

Tersadar dari kenangan atau mimpi buruk tadi. Duduk bersandar di kursi sofa mewah milik tenant ternama dengan konsep cafe di bandara ini sedikit menghilangkan penat. Terpampang unik di dinding cafe ini tulisan free wifi, password Geocafe007, dan disebelahnya terdapat miniatur nikotin bakar bertulis smoking area. Hhhhhhh, tawa kecil dalam hatiku. Menurutku gerai ataupun cafe adalah warnetnya orang yang punya duit. Bagaimana tidak mereka yang datang ngopi dan ketemuan di tempat seperti ini tak lebih hanya saling tatap gadget nebeng internetan, Sambil menikmati makanan dan masakan yang sedikit berkelas. Tak akan kita temui sebagian besar waktu kecuali hanya mengoprek gadget. Adapun tawa bareng sekedar saat mereka selfie.

Kubuka Ponsel yang telah terlelap dari tadi. Sambil mengisi daya ponsel kunikmati hisapan dan kepulan asap dari barang yang kuapit di dua jariku. Beberapa saat setelah kunyalakan ponsel langsung disapa dengan pesan berkali-kali ping-ping-ping­.

Yoga titi dj (baca : hati-hati dijalan). Karena ponselku mati jadi pesannya tadi tak terkirim. Pantas dia cek koneksi berulang kali (ping).

Telaaaaaat, rekor udah yang ke-enam kali.Balas pesanku.

Tak butuh waktu lama ponselku berdering “Halo, ada apa Irina?” Irina menelepon sesaat setelah terima pesanku tadi.

“Tunggu diterminal domestic aku jemput! daa…” belum sempat kujawab dia matikan teleponnya. Kucoba telepon balik dia tidak mengangkat sama sekali.

 Sudah sampai di terminal domestic untuk keluar bandara. Kubuka ponsel dan belum juga ada pesan masuk kecuali dari group whatssapp pekerjaan. Benar-benar memakan waktu malam ini semenjak aku tertinggal pesawat sudah hampir dua jam. Kemana si Irina kok belum nyampai? Jemariku gesit mencari nama kontaknya untuk menghubunginya. Sesaat sebelum menekan tombol perintah telepon, tampilan ponselku sudah berubah dan bergetar tanda panggilan masuk.

“Hai, Yoga aku sudah sampai, cepat kemari!” Kepalaku langsung sibuk mencari keberadaanya. Akhirnya mataku menangkap keberadaanya yang melambaikan tangan dan berteriak namaku di balik pintu mobil Yaris. Tenang aku melangkah kearahnya sembari memasukkan ponsel ke saku. Ternyata kami bertiga tidak berdua.

"Hahahaha lu ketinggalan pesawat lagi ya? apes amat, udah naik kereta aja lain kali!" Sapa Fandi teman atau pacar Irina , aku juga tak tahu dan tak ingin cari tahu yang jelas dua kali aku mampir kerumah Irina dan beberapa kali pergi main bersama Irina selalu ada dia.

"Perlu dicoba kali ya." jawabku.

Mobil berjalan tak terlalu kencang dan memutar. Aku hanya mendengarkan riang candaan Irina dan Fandi. Tak lama berselang dan mobil pun berhenti. Lalu lalang manusia masih memenuhi sekitar terminal bandara. Beberapa warga negara asing melintas disamping mobil kami. Fandi turun dari mobil dan mengarah ke terminal bandara. Meninggalkan kami di drop zone.

"Kenapa berhenti disini?" tanyaku pada Irina

"Sedang menunggu teman kami." Jawab Irina sambil memainkan tab-nya.

"Dia habis liburan dari luar negeri?" sahutku.

"Bukan liburan keluar negeri, mereka tengah liburan kesini." Jawab Irina.

"Oo… teman kalian orang asing ?" tanyaku lagi.

"Bukan, mereka kuliah di N.U.S Singapore nah sekarang mereka tengah liburan dan pulang kampung." Jawab Irina masih berkutat dengan Tab-nya. Kuhentikan tanyaku dan merebahkan kepala di sandaran kursi.

"Yoga, itu mereka!" sambil mengacungkan jarinya mengarah ke tiga laki-laki yang berjalan sambil ngobrol dengan Fandi.

Lihat selengkapnya