Jika Mentari Tak Kembali

Ananda Galih Katresna
Chapter #8

Langkah Awal

Suasana lorong kampus terasa ramai, suara langkah kaki mahasiswa yang berlalu-lalang memenuhi udara. Mentari baru saja keluar dari ruang dosen, diikuti oleh Bu Ajeng yang tampaknya ingin memberikan beberapa pesan penting. Meskipun Mentari berjalan cepat, ia merasa sedikit tertekan. Setiap langkahnya seperti membawa beban yang semakin berat. Ia sudah terbiasa menghadapi banyak tantangan, tetapi hari ini, beban itu terasa lebih besar dari biasanya.

"Putri waktu itu bilang kamu kuliah sambil bekerja?" tanya Bu Ajeng, yang masih mengikuti langkahnya dengan senyum ramah. "Berarti sekarang kamu langsung ke tempat kerja, kan?"

Mentari sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Ia tidak ingin mengungkapkan terlalu banyak, namun tetap mencoba menjawab dengan nada ringan. "Iya, Bu. Cuma sekarang lagi ambil libur," jawabnya sambil mengangguk, berusaha untuk tidak memberikan penjelasan lebih jauh.

"Walaupun kamu sambil kerja, harus tetap bisa bagi waktu. Jangan sampai kuliah kamu keteteran dan jangan sampai kelelahan. Hebat loh kamu," lanjut Bu Ajeng, memberi semangat yang terdengar tulus. Mentari merasa sedikit terhibur dengan kata-kata itu, meskipun di dalam hatinya, ia merasa semakin terbebani.

Mentari tersenyum tipis, mengangguk pelan, dan mencoba memberi kesan bahwa semuanya baik-baik saja. "Terima kasih, Bu. Saya akan coba sebaik mungkin," jawabnya dengan suara lembut.

"Ngomong-ngomong, kamu kerja di mana?" Bu Ajeng kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Mentari sedikit terdiam.

Mentari merasa bingung sejenak. Ia tak tahu harus menjawab apa. "Emm... oh iya, Bu, apakah laporan saya ada revisi?" tanyanya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Bu Ajeng mengangguk dengan senyum hangat. "Nanti kalau ada revisi, saya akan beri tahu. Jangan khawatir."

"Baik, Bu. Sekarang saya pamit dulu ya," Mentari berkata sambil menundukkan kepala memberi salam pada Bu Ajeng, lalu melangkah pergi dengan langkah yang agak cepat, berusaha menghindari pembicaraan lebih lanjut. Ia merasa sedikit lega, namun kecemasan tetap menghantuinya.

Mentari melangkah menuju parkiran kampus, berusaha untuk tidak memikirkan apa yang baru saja terjadi. Udara siang itu cukup terik, dan meskipun kampus terasa sibuk, Mentari merasa seolah-olah ia sedang berjalan sendirian, terpisah dari keramaian di sekitarnya. Ketika ia sudah hampir sampai di parkiran, tiba-tiba saja tangannya ditarik dengan cepat, membuatnya terkejut.

"Ngagetin aja lo," ucap Mentari, melihat Putri yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

Putri tersenyum lebar, tampaknya tidak terpengaruh dengan keterkejutan Mentari. "Lo yang nggak fokus," jawabnya santai. "Eh, gimana, udah beres sama Bu Ajeng?"

"Udah beres, tinggal nunggu revisi aja," jawab Mentari, sedikit menghela napas. Ia tahu, ini bukan hanya tentang laporan akademis yang harus diperbaiki. Lebih dari itu, ada hal lain yang mengganggunya jauh di dalam hati.

"Yaudah, kita mau kemana dulu sekarang?" Putri bertanya sambil berjalan menuju mobilnya.

Mentari terdiam sejenak, seolah berpikir dalam-dalam. Putri yang melihat ekspresi itu, mengernyitkan dahi. "Lama mikirnya, jalan dulu aja udah," kata Putri sambil membuka pintu mobil dan masuk ke kursi pengemudi.

Mentari mengikutinya, namun wajahnya terlihat bingung. Dalam pikirannya, banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bagaimana melanjutkan hidupnya setelah semua yang terjadi? Tak ada jawaban yang jelas, hanya kekosongan yang semakin menyelimutinya. Selama perjalanan, angin yang masuk lewat jendela mobil terasa sejuk di wajahnya, tetapi hatinya tetap terasa berat, terhimpit oleh keputusan-keputusan yang harus ia ambil dalam waktu dekat.

Putri melaju dengan kecepatan yang agak pelan, tidak terburu-buru. Mentari tetap diam, menatap jalanan yang berlalu tanpa banyak perhatian. Sesekali, ia mengelus perutnya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Perasaan mual dan sakit itu semakin mengganggunya, namun ia berusaha menahan diri untuk tidak memperlihatkan gejala-gejala yang semakin buruk.

Lihat selengkapnya