Kringg... kringg...
“Hallo?”
“Mara?”
“Iya?”
“Bisa bertemu, selepas pulang kerja?”
“Bisa, di cafe biasa yaa”. (dengan nada riang)
***
Mara, perempuan yang penuh dengan semangat, penuh dengan berbagai emosi dan ekspresi, karakternya yang mudah di tebak, mara adalah pembohong yang buruk dari yang terburuk. Meski demikian sosok mara tak lepas dari seseorang yang gigih dan pekerja keras, yang meski tertatih terjatuh sosoknya mampu segera bangkit, terlebih dalam hal pekerjaannya.
Dia bekerja di salah satu perusahaan bonafit di pusat kota, dengan masa depan yang mudah di ramalkan, jika dia bertahan dengan pekerjaannya saat ini dan di tunjang dengan kemampuan kerjanya yang konsisten, besar kemungkinan dia tidak akan pernah kekurangan secara finansial.
Mara, sosok perempuan yang sempurna di mata lucash, dengan fisik yang menawan wajahnya yang manis, di balut kulit asli indonesia, gigi yang rapih, garis wajah yang tajam, dengan cukang hidung yang pas, di tunjang pendidikan dan keluarga yang sangat menakjubkan terlebih dia memiliki lucash.
Yaa lucash, seorang akademis yang mengagumkan, di usia dia yang masih muda tak kalah dengan kekasihnya mara, memiliki pekerjaan menjadi dosen di salah satu universitas terkemuka.
Di tambah pekerjaan lainnya sebagai dokter spesialis bedah umum di salah satu rumah sakit terbesar, pun lucash memiliki paras yang sebelas dua belas dengan kekasihnya mara.
Jika mereka bersama, salah satu perpaduan dengan komposisi yang sempurna, yang Tuhan ciptakan di dunia, memang begitu kenyataannya.
Perjalan asmara mereka yang dapat dikatakan seperti jalan tol yang bebas hambatan, bertemu di universitas yang sama, menghantarkan lucash dan mara menjadi pasangan kekasih yang melahap waktu lebih dari empat tahun lamanya.
Mereka memang sosok yang patut di acungi jempol, saling mengerti dan percaya, bahkan saat lucash harus menempuh pendidikan dua tahun lamanya, mara menunggu dengan setia, meskipun banyak yang mencoba menggeser posisi lucash, mara tak tergoda sedetik pun.
Begitupun sebaliknya, saat mara harus bertugas keluar pulau untuk kepentingan pekerjaannya, lucash menanti dan mendoakan kebaikan untuk mara.
Jika terdengar berlebihan, kisah ini memang di miliki mara dan lucash selama empat tahun lamanya bahkan lebih. Hingga hari itu datang!
***
“Sudah datang?”
“Mau pesan apa?”
“Salad.” Jawab mara singkat, sambil melabuhkan badannya pada kursi disampingnya.
“Masih jam lima, ga mau makan berat?”
“Ga ah, tadi udah makan.”
“Makan yang betul, jangan diet, kamu udah cantik sempurna dimata ku.”
(mara yang lagi-lagi tersipu karena ucapan lucash).
“Setelah lucash dan mara selesai melahap makanannya, lucash menatap mara dalam-dalam.
“Ada sesuatu di wajahku? Kenapa melihatku begitu?”