Mara bukan sosok yang mudah jatuh, namun kali ini dia terjebak, terjebak atas apa yang telah di lalui waktu ke waktu bersama orang itu, terjebak untuk segala hal yang hampir di setiap penjuru di penuhi kenangan, lagi dan lagi olehnya.
Memilih pergi ke sisi kanan, dia akan menemukan tempat dimana bercengkrama penuh suka, memilih untuk berjalan lurus, dia akan menemukan taman yang hampir di setiap sore dimana ada waktu untuk bertemu mereka menghabiskan durasi senja bersama.
Sesulit itulah waktu yang di lalui mara, apa yang dia makan mengingatkan seseorang, apa yang dia lihat membuat seluruh sel dalam aliran darahnya aktif mengajaknya seakan kembali menapaki jejak waktu yang telah berlalu, dan apa yang dia sentuh seakan melebur pada hari itu, meski dia sadar sepenuhnya kini setelah tak lagi satu.
Memikirkan mara yang begitu terluka, tak berbeda jauh dengan lucash, setelah tak lagi satu, bagai sebuah pulau yang mendeklarasikan untuk masing-masing terpisah, mereka mencoba yang terbaik untuk mandiri, mengobati lukanya sendiri, menyembuhkan penyakitnya patah hatinya satu demi satu.
Mereka tak saling bercerita dan berbicara, namun semua atmosfir di sekelilingnya seakan memberikan dukungan untuk saling menguatkan, mempercayakan duka dalam doa diam-diam untuk kehangatan masing-masing.
Perlahan mara dan lucash kembali bangun, meski dalam pura-pura dua anak manusia itu belajar, dunia tak berhenti karena hilang satu cinta, hanya saja lucash adalah dunia mara, pun sebaliknya. Dunia mereka hancur karena perpisahan sepihak yang belum mara ketahui kenyataan di baliknya.
Mara hanya meyakini, ada satu hal yang besar yang tengah lucash sembunyikan yang mungkin membuatnya kesulitan, yang tidak dapat mara ketahui, entah untuk kebaikan mara, ataupun sebuat alasan yang akan menyakiti mara saat mengetahui kenyataannya.
Hanya saja, apapun itu, mara hanya menginginkan lucash memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, namun, sedekat dan sebesar apapun hubungan dan ikatan cinta mereka, ada satu rahasia yang mungkin ingin mereka simpan hanya untuk dirinya saja, tanpa membuat beban dan luka baru nagi orang yang mengetahuinya.
“daripada keduanya terluka, lebih baik aku saja” ungkapan itu yang tertanam dalam keegoisan lucash, yang sebetulnya sama saja mara tetap akan terluka, mengetahui atau tidak apa yang terjadi sebenarnya dan kebenaran dibalik alasan yang akan dilontarkannya. Karena apapun itu keadaannya sama, lucash tetap akan meminta berpisah darinya.
Mara memang memiliki rekan sekaligus sahabat dekat bernama anjar yang sekaligus juga salah satu sahabat lucash, kepribadian anjar yang mirip dengan sosok ayah nya, kesukaan dan kecintaannya terhadap olahraga gulat, memang punya nilai sendiri di mata mara.
Namun hanya sebatas sahabat lah yang mengikat di antara hubungan mara dan anjar, kadang saat masih dengan lucash pun, mereka sesekali berkumpul bersama untuk membahas hal-hal receh pada kesukaan masing-masing ditengah kesibukan pekerjaannya.
Namun entah anjar memiliki perasaan lebih terhadap mara, atau memang hanya sebatas persahabatan sama seperti yang mara rasakan, kini keadaan telah berubah, mara yang kini sendiri menjadi tak memiliki batas untuk hal yang paling memungkinkan hubungan lebih jauh antara mara dan anjar. Meski itu amat mustahil bagi anjar yang hatinya sudah lama terpaut oleh satu gadis yang cukup lama tak di temuinya.
Sampai saat ini anjar belum mengetahui bahwa sahabatnya kini telah sendiri, yang anjar ketahui, mara dan lucash adalah pasangan yang saling berkomitmen di tengah kesibukannya, karena sekilas hari-hari mereka tidak berbeda. Termasuk perasaan di hati mereka.
Lucash yang masih di sibukan dengan perannya sebagai dosen sekaligus dokter, begitupun mara yang di sibukan oleh pekerjaan di perusahaannya yang menggunung, keduanya terlihat sama setelah tak lagi bersama.
Dreuddddd, bunyi hanphone lucash dan mara mendapat pesan bersamaan yang sama dari anjar.
“pulang kerja ngopi yuk, di tempat biasa, ada yang mau gue sharing, gue tunggu.”
Waktu pun berlalu, jam pulang kerjapun tiba, anjar yang sudah datang duluan, menunggu dua sahabatnya mara dan lucash. Di dapati mara yang datang sendiri tanpa lucash bersamanya, dan lucash datang setelah beberapa saat mara datang membuat anjar ingin bertanya, namun menurut anjar masih keadaan normal mengingat mara dan lucash berbeda tempat kerja, namun ini pertama kalinya, membuat rasa penasaran anjar cukup tinggi, namun anjar mencoba menekan dirinya menahan untuk tidak bertanya.
“Mau pesen minuman makanan apa?” Tanya anjar
”Minum aja, sorry gue ga bisa lama.” Jawab lucash.
“mau apa mar?”
“Apapun.”
Anjar kebingungan, mencoba bertanya lebih spesifik.
Mau makan juga?”
“Ehhh, ga usah.”
“Lalu?”
“Soda aja.” Jawab mara.
Mendapati suasana yang canggung, membuat anjar kebingungan.
“Kalian lagi ga akur? Apa memang lagi sibuk sama kerjaan? Baru kali ini kumpul suasana sehoror ini?” Tanya anjar.
“Iya lagi aga cape nih” jawab mara
“Ahhh oke, sorry nih gue nambah kerjaan kalian dengan nyuruh kalian kesini.”
“Gue santai kok.” Jawab lucash
“jadi apa yang mau lu sharing?” tanya lucash
“ini ada proyek atasan gue nyuruh gue yang pegang, bagus sih, Cuma buat team gue berasa kurang cocok, lu liat deh, proposalnya, menurut kalian gimana?” Ucap anjar sambil membagikan proposal kepada lucash dan mara.
Anjar memang bekerja di salah satu stasiun televisi sebagai kepala tim untuk acara veriaty show yang terkadang menjadi assisten sutradara dalam proyek pembuatan film layar lebar, sosok anjar memang terkesan santai dan fleksibel namun karakternya sama berkharisma nya dengan sahabatnya lucash, meskipun sedikit selengean, mungkin karena lingkungan pekerjaan yang dinamis.
“Kalau memungkinkan dan income nya bagus, coba ambil, secara keseluruhan proyeknya apik, Cuma perlu di kembangin lagi aja, karena itu menurut aku terlalu sempit lingkupnya, dan lagi untuk masalah tim bisa kamu ambil untuk orang yang berminat, menghindari pengunduran kerja di tengah proses pengerjaan. Overall bagus.” Ucap mara
Mara memang cukup teliti untuk masalah bisnis melihat pekerjaanya memang di bidang bisnis manajemen disalah satu perusahaan besar.
“Oke, menurut lu gimana cash?” Tanya anjar