Setelah hukuman Sephia dan Shawn usai, kini mereka ditugaskan mengambil buku paket ke perpustakaan untuk materi kali ini. Sephia merasa begitu canggung saat berduaan dengan Shawn si perpus, karena sebelumnya mereka tidak pernah saling bertegur sapa. Sephia hanya tahu bahwa Shawn merupakan anak Theater juga sepertinya, selebihnya ia tak tahu apa-apa lagi.
Perlahan suasana mulai mencair saat Shawn dengan ragu membuka pembicaraan, "lain kali jangan sampe lupa, khusus untuk pelajaran Pak Emir, gak boleh ada kata ketinggalan. Kalo perlu dari malem Lo udah harus siapin, soalnya hukumannya bisa lebih memalukan dari ini."
Sephia menaikan satu alisnya sambil melirik dengan bingung, seakan-akan hanya dirinya yang pelupa. Buktinya alasan dia dihukum juga karena lupa dan ketinggalan, sekarang malah seperti sedang menasehati dirinya sendiri.
"Lo sendiri juga lupa," ketusnya.
"Gue gak lupa kok, buku gue ada di tas."
"Maksud Lo? terus kenapa tadi Lo bilang ketinggalan?" Sephia sambil menghitung jumlah buku paket yang tersedia untuk dibawa ke kelas.
"Menurut Lo ngapain? ya buat nemenin Lo lah, gue gak tega aja Lo dihukum sendirian."
"Awww!" Sephia meringis saat tiba-tiba satu buku paket di tangannya jatuh mengenai kaki nya karena kaget atas jawaban Shawn.
Shawn buru-buru mengambil alih semua buku paket yang ada di tangan Sephia, "kalo berat bilang."
"Lo kenapa mau nemenin gue?" Sebenarnya Sephia agak ragu menanyakan ini.
"Gue mau bikin Lo terkesan." Shawn menjawab dengan enteng.
Selama ini Sephia hanya mengenal dia sebagai ketua kelas yang penurut dan ramah, tapi ia tidak pernah mempunyai pikiran bahwa laki-laki ini akan jago gombal.
Sephia memutar matanya seakan sudah terbiasa dengan gombalan pria, "ayo ke kelas."
"Sebenernya dari dulu gue mau deketin Lo."
Langkah Sephia terhenti.
"Tapi karena isu bahwa Lo inceran Musa, gue jadi mundur. Eh barusan gue tahu kalo Lo gebetan Candra, itu berarti gue juga berhak deketin Lo kan?"
Sephia berbalik sambil menunjukan wajah yang datar, "Lo takut sama Musa?"
Shawn menggeleng dengan kedua tangan dikibaskan, "nggak, gue cuma minder kalo saingannya Musa."
"Gue gak ada hubungan apa-apa sama Musa ataupun Kak Candra."
Shawn merasa seperti kalimat itu sebagai lampu hijau baginya untuk maju, atau lampu kuning? maju, tapi dengan hati-hati dan pelan-pelan. Senyumnya mengembang melihat punggung Sephia yang kini sedang berjalan mendahuluinya, rambutnya sebahunya terlihat lebih indah jika dilihat dari belakang. Dan aroma wangi yang ia tak tahu merk parfum apa, juga tertiup kearah wajahnya.
*****
"Itu dia!" seru Candra saat menemukan Sephia masih menunggu bus sendirian dengan wajah tertunduk.
"Kenapa gak nungguin gue pulangnya?"
Sephia mengerjap ketika mendengar suara yang berusaha mati-matian ia hindari.
"Pia.." Panggilnya pelan sekali lagi.
"Gu..gue malu."
"Soal hukuman tadi?" Candra terkekeh melihat Sephia yang saat itu menutup wajah dengan kedua tangannya.