Hujan kembali turun membasahi kota kecil kami. Sejak siang tadi, langit mendung sudah bertamu hingga petang menjelang,memberi pesan jangan lupa untuk menyambut hujan yang akan segera datang. Hujan memang waktu yang tepat untuk mengenang, mengenang semua sesak dan bahagia yang pernah ada.
"Dira, masuklah ke dalam atau kau akan terkena tampias air hujan", ucap ayah memecah lamunanku yang sedari tadi berdiri di balkon.
"Sebentar lagi yah, aku ingin menikmati hujan", jawabku singkat.
"Dira baik-baik saja? Apa ada yang ingin kau ceritakan pada ayahmu ini? Lama sekali ayah tidak mengajakmu ngobrol berdua, bagaimana jika setelah hujan reda kita ke kedai kopi milik teman ayah?"
"Dira malas ke kedai kopi yah, ayah bisa ajak ibu pergi ke sana jika ingin, nanti biar Dira dan Bulan di rumah saja"
"Baiklah, kita makan mie ayam di gang depan saja, jalan kaki berdua bagaimana?"
"Ayah memang paling jago merayu, baiklah aku akan memberitahu Bulan dulu" jawabku sambil masuk ke dalam meninggalkan hujan yang masih menyisakan rintik.
"Tidak perlu nak, ayah ingin pergi berdua saja dengan putri sulung ayah, oke?", ucap ayah dengan nada sedikit berbisik.
"Siap boss!", jawabku sambil melakukan hormat saat upacara bendera.