Saat kelas enam SD, aku dan Mas Barra terpilih untuk berpratisipasi dalam lomba karawitan ̶ seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog ̶ tingkat Kabupaten Pemalang mewakili Kecamatan Glagah Anom. Senang sekali rasanya ketika Pak Mulyono ̶ Kepala Sekolah SDN Pahesan 1 ̶ mengumumkan berita itu saat upacara. Sri dan Sundari juga terpilih. Jadi, para nayaga ̶ orang yang menabuh gamelan ̶ berasal dari SDN Pahesan 1 dan SDN Pahesan 2. Jumlah total ada empat belas anak, empat diantaranya nanti akan dipilih menajdi sinden ̶ penyanyi wanita pada seni gamelan.
’’ Lan, nanti latihannya di rumah Eyangmu, ya?’’ tanya Sri sambal berbisik.
’’ Iyalah, Sri. Di desa ini yang mempunyai gamelan cuma eyangnya Lana,” timpal Sundari yang berdiri di samping Sri.
’’ Aku ndak tanya kamu, Sun,” kata Sri sewot.
’’ Kita menunggu saja pemberitahuan Pak Mul. Nanti latihannya sama anak-anak dari Pahesan 2, ” jawabku.
’’ Sepupumu, Rindayu bukannya sekolah di Pahesan 2?’’ tanya Sundari.
Aku mengangguk. Sejujurnya mendengar akan bersama-sama latihan dengan anak-anak SDN Pahesan 2 membuatku was-was. Mbak Dayu bersekolah di sana, besar kemungkinan dia juga ikut. Tak terbayangkan bagaimana jadinya bila setiap latihan aku bertemu dengannya. Sekalipun sama-sama cucu Soenggono, aku dan dia tak pernah bisa akur. Lebih tepat, Mbak Dayu yang selalu membuat suasana tidak nyaman. Bila tak mengejek ya menyindir.
’’ Wah, bisa ramai ini,” timpal Sri sambal nyengir.
’’ Jangan begitu, Sri. Nanti pokoknya kita jagain Lana biar ndak diganggu sama Ndoro Ayu Rindayu,” ujar Sundari sambal mengedip kepadaku.
Aku tertawa, ” Sudah pasti aman kalau ada kalian berdua. Jangankan Mbak Dayu, ada kambing menyeruduk juga pasti kalian akan melindungiku.”
’’ Wah, kalau itu lain cerita, Lan. Biar Sri saja,” balas Sundari sambal terkekeh.
Siapa sih yang tidak mengenal cucu perempuan kesayangan Gayatri Soenggono ̶ Sri Rindayu Soenggono ̶ nama yang cantik seperti orangnya. Sayangnya, berkebalikan dengan perilaku yang angkuh dan suka seenaknya sendiri. Mungkin karena dimanja oleh kedua orangtuanya, Pakde Indrajo dan Bude Rukmini. Aku sendiri lupa sejak kapan Mbak Dayu bersikap demikian kepadaku.
***
Hari pertama latihan
Anak-anak yang terpilih menjadi nayaga berkumpul di pendopo rumah keluarga Soenggono. Pak Wiyoko ̶ pemimpin Paguyuban Kesenian Desa ̶ akan menjadi pelatih kami selama satu bulan ke depan. Hari ini adalah penentuan siapa saja yang akan menjadi nayaga dan yang menjadi sinden.