Jilan The Series, Puspa Arum

widyarini
Chapter #7

Penyelidikan

Kejadian tiga tahun lalu masih membekas kuat dalam ingatan, bagaimana mereka mempermalukanku di depan banyak orang. Aku tahu dengan pasti bagaimana semua itu merubah cara Mas Barra bersikap kepada keluarga Soenggono. Itukah sebabnya Bude Rahma memasukkannya ke SMP yang sekaligus pondok pesantren di Wonosobo ̶ atas persetujuan Bapak dan Ibu. Sejak itu, aku hanya bertemu Mas Barra sebulan sekali saat menjenguk ke pondok atau saat liburan sekolah. Ibu terlihat semakin sedih. Sejak bayi sudah dipisahkan meskipun tak berjarak. Sekarang jarak itu semakin jauh.

 

’’Kamu ndak usah ikut mondok, Nduk. Nanti masuk SMA di Glagah Anom saja. Ibu sudah kehilangan Masmu. Jangan ditambah lagi,’’ ujar Ibu sambil melipat baju yang baru saja kuangkat dari jemuran.

 

’’Bu Raras bilang SMAN 1 Pemalang bagus, boleh Lana daftar ke sana saja?’’ tanyaku hati-hati. Bu Raras adalah Kepala Sekolah di tempatku belajar.

 

’’Jauh, Nduk. Nanti bisa habis subuh kamu berangkat dari rumah. Sudah di Glagah Anom saja yang dekat.’’

 

Aku menghela napas kecewa.

 

’’Bu, masih ingat ndak dulu kenapa Lana dan Mas Barra harus dipisah?’’ tanyaku mengalihkan pembicaraan tentang sekolah.

 

Ibu terdiam sesaat, seperti sedang memilah kalimat yang tepat untuk menjawab, ’’Ada kepercayaan di Glagah Anom yang mengharuskan anak yang terlahir kembar tak hidup satu atap.’’

 

’’Kenapa begitu, Bu?’’ tanyaku penasaran.

 

’’Ada yang bilang salah satunya akan sakit dikarenakan energi yang ada di sekitar mereka hanya diserap oleh satu. Ah, Ibu juga kurang paham, Nduk.’’

 

Jawaban Ibu belum memenuhi rasa ingin tahuku. Mungkin aku harus bertanya kepada Bude Rahma. Hal ini erat kaitannya dengan sikap Eyang Ti kepadaku dan Mas Barra. Aku yakin ada latar belakang dibalik itu. Entah apa.

 

***

 

Bude Rahma sedang memasak ketika aku berkunjung ke rumahnya. Bau wangi sambal goreng ati menusuk hidungku. Mas Danu, anak Bude satu-satunya tidak tampak batang hidungnya. Liburan Panjang sekolah lebih banyak dia habiskan untuk bermain dengan teman-temannya.

 

’’Bude bisa ganggu sebentar?’’tanyaku.

 

Lihat selengkapnya