Rukmini berdiri di depan kamar utama, urung mengetuk pintu ketika terdengar langkah kaki menuju pintu. Rindayu sudah hampir satu jam di kamar Gayatri. Dia penasaran dengan apa yang mereka bicarakan di dalam. Putrinya memang acapkali mendapatkan perhiasan dari eyangnya tetapi tak sampai menutup pintu dan begitu lama di dalam. Dia menggeser tubuhnya dan pura-pura tenang ketika pintu dibuka.
’’Ibu?’’ kata Rindayu kaget ketika melihat ibunya berdiri di samping pintu.
’’Ya ampun, Dayu. Kamu di kamar Eyang Ti lama sekali. Baru saja Ibu mau mengetuk pintu,’’ ujar Rukmini sambil netranya menatap kotak kayu yang ada di tangan Rindayu.
Rindayu buru-buru memeluk kotak ke dalam dada seolah takut diminta oleh ibunya. Dia mengingat pesan eyangnya agar tak memberitahukan perihal lontar itu.
Rukmini merasa heran dengan sikap putrinya, ’’Apa itu, Nduk?’’ tanyanya.
’’Buku catatan Eyang Ti. Isinya dongeng karangan Eyang. Katanya ini hadiah buat Dayu,’’ jawab Rindayu. Dia terpaksa berbohong meskipun isi lontar yang diceritakan eyangnya lebih mirip dongeng daripada fakta sejarah.
’’Bukan perhiasan emas seperti biasanya?’’ selidik Rukmini.
’’Ah, Ibu ini. Perhiasan Dayu sudah banyak jadi ndak perlu dibeliin lagi. Kotak ini mau Dayu simpan dulu, ya,’’ jawab Rindayu.
Rukmini hanya menyaksikan Rindayu berlalu dari hadapannya. Dia merasakan ada yang disembunyikan oleh putrinya. Dia berpikir nanti juga Rindayu akan menceritakan kepadanya. Seperti biasanya, putrinya tak bisa berlama-lama menyimpan rahasia apapun darinya. Bahkan tentang masalah orang yang disukai pun, Rindayu akhirnya menceritakan kepadanya.
Rukmini menghela napas lalu memilih kembali ke dalam kamarnya. Dia mengingat pertama kalinya menginjakkan kaki di rumah besar itu. Perasaan bahagia sekaligus takut membuatnya terkadang bersikap kurang menyenangkan bagi orang-orang yang bekerja di rumah itu. Saat remaja, kakeknya pernah bercerita tentang leluhur Keluarga Soenggono. Dia pun mulai bermimpi untuk menjadi bagian keluarga itu.
Ayahnya seorang kolektor barang antik yang menetap di Semarang sejak lulus kuliah. Dia asli Glagah Anom. Setiap liburan, Rukmini diajak pulang ke rumah neneknya. Sang Kakek selalu menceritakan tentang sejarah Kabupaten Pemalang dan juga Glagah Anom. Kisah tentang Batu Delima yang membuatnya terkesima. Konon, baru itu bisa mewujudkan apapun keinginan pemiliknya. Entah dari mana asal batu itu tetapi setiap raja besar zaman dahulu pasti memilikinya.
Rukmini adalah gadis yang cantik saat muda dulu. Tak sulit baginya untuk memikat putra sulung Keluarga Soenggono, Indrajo. Saat ini dia telah menjadi menantu kesayangan Gayatri dan memiliki dua anak yang menjadi cucu kesayangan wanita tua itu. Rukmini tersenyum, hidupnya akan terjamin hingga akhir hayat. Hanya satu yang belum bisa ia dapati.